Bagikan:

JAKARTA – Organisasi di bawah naungan Liga Arab, Dana Moneter Arab (AMF) menyatakan bahwa jaringan pembayaran global RippleNet merupakan alternatif yang bisa digunakan untuk membangun mata uang bank sentral atau CBDC.

Dalam sebuah laporan baru, Kelompok Kerja Fintech Regional Arab AMF mengatakan ada risiko yang cukup besar bagi suatu negara untuk mengeluarkan CBDC, termasuk kemungkinan bahwa mata uang lokal pada akhirnya kehilangan utilitas dasarnya.

“Ada banyak risiko yang terkait dengan posisi internasional pada CBDC lokal mulai dari risiko 'dolarisasi digital,' dampak internasional dan dampak pada peran mata uang internasional. Jika CBDC digunakan di luar yurisdiksinya dengan sukses, ini dapat menyebabkan mata uang lokal kehilangan fungsinya sebagai alat tukar, unit hitung, penyimpanan nilai dan pada akhirnya meningkatkan risiko stabilitas keuangan,” ujar AMF sebagaimana dikutip dari TheDailyHodl.

“Selain itu, menerbitkan CBDC kepada nonresiden dapat mengakibatkan peningkatan volatilitas nilai tukar dan perubahan dinamika aliran modal karena karakteristik CBDC membuatnya menarik bagi investor sebagai instrumen keuangan alternatif.”

Kelompok tersebut menyusun daftar alternatif untuk CBDC yang bisa memberikan utilitas serupa tetapi dengan risiko penurunan yang lebi kecil. Di antara yang disebutkan adalah sistem pembayaran SWIFT International, aplikasi perbankan Revolut, perusahaan fintech yang berbasis di London, Wise, dan RippleNet, sistem penyelesaian real-time Ripple Labs.

Meski begitu, AMF menilai perusahaan alternatif tersebut tidak lepas dari kekuarangannya masing-masing termasuk masalah “keterbatasan” sebelum diadopsi secara luas sehingga memaksa pihak bank sentral untuk terus menerus menguji CBDC.

“Sebagian besar alternatif non-CBDC ini memiliki keterbatasan atau kekurangan yang signifikan. Akibatnya, banyak bank sentral terus melakukan pembuktian konsep atau percontohan dengan CBDC,” kata AMF.