JAKARTA - Pemerintah kota Shenzhen, yang terletak di wilayah Selatan Cina dan berbatasan dengan Hong Kong ini menutup semua kawasan pemukiman dan menghentikan layanan transportasi mulai Senin, 14 Maret, dini hari.
Cina terpaksa menutup pintu mereka hingga 20 Maret karena wabah kasus COVID-19 yang kian memburuk di sana dan juga di Hong Kong sejak 15 Februari lalu.
Kota yang dikenal sebagai "Silicon Valley" ini memiliki strategi nol-COVID-19 yang ketat guna memerangi wabah COVID-19. Pemerintah China melakukan lockdown pada saat itu juga.
Strategi tersebut merupakan langka yang berbeda yang dilakukan oleh pemerintah Cina dibandingkan dengan yang diadopsi oleh sebagian besar di Eropa dan Amerika Utara.
DigiTimes melaporkan beberapa perusahaan yang terkena dampak penutupan di Shenzhen antara lain, InnoLux dan GIS, produsen monitor. Foxconn dan King Core, produsen induktor. Perusahaan produksi bor PCB seperti Topoint, produsen kipas pendingin Yen Sun Technology, dan juga pemasok PCB terbesar di dunia, Avary.
BACA JUGA:
Banyak juga dari produsen ini tidak menyebutkan adanya masalah pasokan karena penutupan selama seminggu. Misalnya, AU Optronics, produsen panel utama yang sering ditemukan di monitor gaming. Mereka telah melakukan inisiatif bekerja dari rumah di wilayah tersebut, meskipun sejauh ini hal itu tidak berdampak pada operasinya, lapor DigiTimes.
DigiTimes juga menyatakan, karena banyaknya produsen perakitan komponen dan laptop, dan manufaktur komponen yang berlokasi di tempat lain di negara ini, penutupan seharusnya tidak berdampak besar pada bisnis ini.
Ada kekhawatiran bahwa lockdown ini akan menyebabkan gangguan yang signifikan pada pelabuhan sibuk Shenzhen yang menjadi salah satu pelabuhan terbesar di dunia. Lockdown bisa berdampak buruk terhadap pasokan karena yang sedang mencoba pulih setelah dua tahun lalu dengan keadaan COVID-19 yang sangat buruk.