JAKARTA - Sony Interactive Entertainment, cabang Sony yang mengelola konsol PlayStation, akhirnya menghentikan semua pengiriman perangkat lunak dan perangkat keras ke Rusia karena invasi negara tersebut ke Ukraina.
"Sony Interactive Entertainment (SIE) bergabung dengan komunitas global dalam menyerukan perdamaian di Ukraina," tulis PlayStation dalam keterangannya di Instagram, Kamis, 10 Maret.
"Kami telah menangguhkan semua pengiriman perangkat lunak dan perangkat keras, peluncuran Gran Turismo 7, dan pengoperasian PlayStation Store di Rusia," tambahnya.
Mereka juga menambahkan Sony Group Corporation telah menyumbangkan dana sebesar 2 juta dolar atau sekitar Rp28 miliar kepada United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan LSM internasional, Save the Children, untuk mendukung para korban tragedi ini.
Dalam unggahan yang terpisah, Bungie yang sedang dalam proses diakuisisi oleh Sony mengatakan bahwa mereka sedang berupaya untuk menangguhkan semua penjualan dan distribusi Destiny 2 di Rusia dan Belarusia.
BACA JUGA:
"Mulai hari ini, kami akan bekerja sama dengan mitra kami untuk menangguhkan semua penjualan dan perdagangan Destiny 2 di Rusia dan Belarusia," tulis Bungie di twitter nya.
Pemain di negara tersebut dapat terus mengakses konten yang sudah dibeli atau mengunduh versi gratis, tetapi pembelian baru ditangguhkan untuk saat ini.
Ini juga merupakan perilisan lambang " Cоняшник " dalam gim gratis bagi pemain untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Ukraina, dengan kode untuk itu keluar dalam pesan mingguannya.
Bungie stands with the people of Ukraine and everyone impacted by the ongoing war.
Starting today, we will be working with our partners to suspend all Destiny 2 sales and commerce in Russia and Belarus.https://t.co/zS9slidhH0 pic.twitter.com/N2M8H5NYZu
— Bungie (@Bungie) March 9, 2022
Bungie juga mengatakan pada pekan lalu, Yayasan Bungie berkomitmen untuk menyumbangkan 100 persen dari hasil 48 jam pertama inisiatif amal Game2Give mereka langsung ke organisasi bantuan kemanusiaan dalam upaya membantu orang-orang yang terkena dampak perang ini. Mereka berhasil mengumpulkan 120.000 dolar atau Rp1,6 miliar.