Bagikan:

JAKARTA - Di tengah memanasnya konflik Rusia dengan Ukraina, NASA kini sedang mencari cara untuk menjaga Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) di orbit tanpa bantuan Rusia.

Meski begitu, belum ada tanda-tanda bahwa Rusia akan menarik diri dari kolaborasi antariksa setelah invasinya ke Ukraina.

"Kami tidak mendapatkan indikasi di tingkat kerja bahwa rekan-rekan (Rusia) kami tidak berkomitmen untuk operasi yang sedang berlangsung," ujar Administrator Associate NASA, Kathy Lueders.

"(Tim NASA dan Roscosmos Rusia) masih berbicara bersama, kami masih melakukan pelatihan bersama, kami masih bekerja sama," tambahnya.

Namun pekan lalu, kepala ruang angkasa Roscosmos Rusia Dmitry Rogozin mengatakan berencana akan menarik diri dari kemitraan antariksa sebagai tanggapan atas sanksi Amerika Serikat (AS). Belum diketahui pasti apakah benar akan dilakukan atau hanya sebagai ancaman untuk AS.

Saat ini terdapat tujuh orang di ISS, yakni empat astronot asal Amerika, satu Jerman dan dua kosmonot Rusia. ISS terbagi menjadi dua bagian, pertama ada Segmen Orbital AS dan Segmen Orbital Rusia.

AS dan Rusia terus menjaga laboratorium penelitian dengan staf astronot dan kosmonot, dengan peran masing-masing. Pasalnya, segmen negara saling bergantung satu sama lain mulai dari sistem pendukung kehidupan hingga pendorong yang menjaga ISS di orbit.

Sisi AS dari ISS memasok listrik dan dukungan kehidupan, Rusia bertanggung jawab untuk propulsi dan menjaga stasiun tetap bertahan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pesawat ruang angkasa Progress yang berlabuh untuk secara berkala memberi stasiun dorongan guna mempertahankan ketinggiannya sekitar 400km (250 mil).

Melansir The Guardian, Rabu, 2 Maret, melihat hal ini, tentu saja masa depan ISS di orbit itu bergantung pada AS dan Rusia yang terus bekerja sama, "Akan sangat sulit bagi kami untuk beroperasi sendiri," kata Lueders.

Namun, perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan AS Northrop Grumman telah menawarkan kemampuan peningkatan kembali.

"Anda tahu, orang-orang SpaceX kami sedang melihat apakah kami dapat memiliki kemampuan tambahan. Karena itu, kami selalu mencari bagaimana kami mendapatkan lebih banyak fleksibilitas operasional dan penyedia kargo kami mencari cara untuk menambahkan kemampuan yang berbeda,” ungkap Lueders.

Kapal kargo Northrop Grumman Cygnus terakhir yang tiba di ISS pada 21 Februari adalah yang pertama membanggakan kapasitas untuk meningkatkan kembali pos terdepan tanpa bantuan Rusia.

Minggu lalu, bos SpaceX Elon Musk men-tweet logo perusahaannya sebagai tanggapan atas pertanyaan retoris Rogozin tentang siapa yang akan menyelamatkan ISS dari de-orbit yang tidak terkendali.

Tetapi Lueders menekankan bahwa rencana semacam itu hanyalah tindakan darurat. ISS telah terus dihuni selama lebih dari 21 tahun dan telah melewati badai geopolitik, terutama invasi Rusia ke Krimea pada 2014.