Ilmuwan Temukan Jika Bulan Bisa Berkarat
Foto Bulan (dok. NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Sama seperti besi, ternyata Bulan juga bisa berkarat. Para ilmuwan pun dibuat bingung dengan hal ini yang seharusnya tidak mungkin terjadi, karena tidak ada oksigen di Bulan. Salah satu dari dua elemen penting untuk terciptanya karat adalah air.

Bukti adanya karat itu pertama kali ditemukan oleh Chandrayaan-1, yakni pesawat penjelajah milik India yang mengorbit di Bulan, sejak 2008. Pesawat tersebut mengumpulkan data yang telah menghasilkan banyak penemuan selama bertahun-tahun, termasuk mengungkapkan bahwa ada molekul air di permukaan Bulan.

Pesawat itu juga membawa instrumen NASA yang dapat menganalisis komposisi mineral di Bulan. Ketika para peneliti di NASA dan Institut Geofisika dan Planetologi Hawai menganalisis data tersebut, mereka tercengang karena menemukan hematit, suatu reaksi bentuk oksida besi yang dikenal sebagai karat.

Hal ini cukup membingungkan, karena seperti diketahui ada banyak bebatuan dan mineral kaya besi di Bulan. Tetapi oksidasi karat hanya dihasilkan ketika besi terpapar oksigen dan air.

"Pada awalnya, saya sama sekali tidak mempercayainya. Seharusnya tidak ada berdasarkan kondisi yang ada di Bulan," ungkap seorang ilmuwan di Jet Propulsion Laboratory NASA, Abigail Fraeman dalam keterangan resminya yang dikutip dari FOX News, Selasa 8 September.

Diketahui, bahwa karat diproduksi ketika oksigen menghilangkan elektron dari besi. Hidrogen melakukan kebalikannya dengan menambahkan elektron, yang berarti semakin sulit terbentuk karat di Bulan yang kaya hidrogen.

"Ini sangat membingungkan. Bulan adalah lingkungan yang mengerikan untuk terbentuknya hematit," ujar penulis utama, Shuai Li.

Setelah berbulan-bulan melakukan penelitian, Li dan para ilmuwan NASA menemukan jawabannya yakni terletak di planet kita sendiri. Sebab, karat lebih terkonsentrasi di sisi Bulan yang menghadap ke Bumi, petunjuk ini menunjukkan bahwa itu terkait.

Bumi tercakup dalam medan magnet, dan angin pada Matahari meregangkan gelembung ini untuk membuat ekor magnetis semakin panjang ke arah angin yang berlawanan. Nantinya, Bulan akan memasuki ekor ini dalam tiga hari sebelum purnama, dan dibutuhkan enam hari untuk menyilangkan ekor dan keluar dari sisi lainnya.

Menurut para ilmuwan, selama enam hari, ekor magnet Bumi akan menutupi permukaan Bulan dengan elektron, dan segala macam hal aneh bisa terjadi. Partikel debu di permukaan Bulan mungkin melayang dari tanah, dan debu Bulan mungkin terbang menjadi badai debu.

Li berspekulasi, oksigen dari Bumi bergerak dengan ekor magnetis ini untuk mendarat di Bulan, di mana ia berinteraksi dengan molekul air Bulan untuk menciptakan karat.

Ekor magnetis juga menghalangi hampir semua angin Matahari selama Bulan purnama, artinya Bulan terlindung sementara dari ledakan hidrogen, membuka jendela untuk pembentukan karat.

"Hipotesis kami adalah bahwa hematit Bulan terbentuk melalui oksidasi besi permukaan bulan oleh oksigen dari atmosfer bagian atas Bumi yang terus menerus dihembuskan ke permukaan Bulan oleh angin Matahari saat Bulan berada dalam magnetotail Bumi selama beberapa miliar tahun terakhir," jelas Li.

"Penemuan ini akan membentuk kembali pengetahuan kita tentang wilayah kutub Bulan. Bumi mungkin telah memainkan peran penting dalam evolusi permukaan Bulan," pungkas Li.