Astronot Eksperimen Perban yang Terbuat dari Kulit Manusia
Bioprint diujicoba di luar angkasa. (foto: Dok. ESA/DSR)

Bagikan:

JAKARTA - Para astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) saat ini sedang menguji perban bioprint. Perban ini berbeda dari yang biasa kita ketahui selama ini karena terbuat dari sel astronot itu sendiri.

Eksperimen tersebut dilakukan mulanya oleh Badan Antariksa Jerman (DLR), dan berharap dapat membantu mengatasi luka jika terjadi sesuatu pada para astronot selama misi luar angkasa.

Eksperimen tersebut dibawa saat misi pasokan komersial ke- 24 SpaceX ke ISS, yang diluncurkan pada akhir tahun 2021, membawa serta perangkat genggam yang dikenal sebagai Bioprint FirstAid Handheld Bioprinter, atau disingkat Bioprint FirstAid.

Perangkat ini dirancang untuk menampung sel-sel dari astronot kemudian dimasukkan ke dalam bio-ink. Jika terjadi cedera, Bioprint FirstAid akan digunakan untuk membalut lokasi cedera dalam waktu yang cepat. Bio-print bercampur dengan dua gel pengaturan cepat dan akan menutupi luka yang mirip dengan plester.

Melansir SYFY, Senin, 17 Januari, Bioprint FirstAid memiliki keuntungan karena cukup kecil untuk dipegang dan sepenuhnya manual, tidak memerlukan baterai atau sumber daya luar lainnya untuk digunakan.

Untuk pengujian di ISS, perangkat tidak akan menggunakan sel hidup di dalamnya. Sebaliknya, ia akan membawa mikropartikel fluoresen yang menggantikan sel untuk pengamatan selanjutnya.

Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menguji kemampuan cetak perangkat dalam gaya berat mikro dan membandingkannya dengan kinerja dalam gaya berat di Bumi.

Membawa teknologi ini ke luar angkasa memungkinkan para peneliti untuk memahami cara lapisan jaringan bekerja bersama dalam gayaberat mikro, yang mungkin secara fundamental berbeda dengan cara mereka beroperasi di Bumi.

Teknologi ini kemungkinan juga akan bermanfaat di Bumi. Dokter dan personel medis darurat dapat membawa perangkat ke tempat pasien berada, tanpa harus membutuhkannya di lingkungan rumah sakit.

Namun, yang perlu diperhatikan saat ini adalah astronot di luar angkasa, mereka menyembuhkan luka secara berbeda dari yang dilakukan di Bumi. Gravitasi rendah diketahui meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan cedera. Di sini, para ilmuwan berharap teknologi bioprint ini dapat membantu jika terjadi cedera selama misi luar angkasa jangka panjang, ketika peralatan medis tidak tersedia.