Diklaim Patahkan Para Pesaing, Bisnis Virtual Reality Meta Dalam Pengawasan
Photo Minh Pham/Unsplash


Bagikan:

JAKARTA - Meski perusahaannya telah berganti nama, tetapi itu tak menghentikan pemerintah di Amerika Serikat (AS) untuk melihat atau mengawasi praktik bisnisnya. Saat ini, Oculus tengah menjadi perhatian utama.

Oculus merupakan anak perusahaan perangkat keras dan perangkat lunak Virtual Reality (VR) milik Meta. Diketahui, Komisi Perdagangan Federal (FTC) bersama dengan pemerintah negara bagian seperti New York, North Carolina, dan Tennessee telah berbicara dengan pengembang VR tentang dugaan pelanggaran antimonopoli yang dilakukan Meta.

Pemerintah mencurigai, Oculus sudah melumpuhkan pengembang aplikasi VR pihak ketiga dan meremehkan perangkat keras VR yang bersaing. Seperti penetapan harga headset Quest 2 yang sangat murah, hanya dengan 299 dolar AS atau setara Rp4,2 jutaan tanpa persyaratan apa pun untuk PC yang sangat modern.

Namun, tidak diketahui pasti bagaimana Oculus akan menderita atas konsekuensi untuk harganya, tetapi perlu ditunjukkan bahwa penetapan harga yang kompetitif dengan sendirinya bukanlah pelanggaran antimonopoli.

Melansir Mashable, Minggu, 16 Januari, situs web FTC menyatakan, akan bermasalah jika penetapan harga di bawah biaya memungkinkan pesaing dominan untuk menjatuhkan saingannya dari pasar dan kemudian menaikkan harga ke tingkat di atas pasar untuk waktu yang cukup lama.

Selanjutnya mengenai masalah aplikasi, pengembang mengatakan kepada Bloomberg, Meta pada dasarnya telah mematikan aplikasi Oculus pihak ketiga dengan fitur menarik dan meluncurkan idenya sendiri beberapa waktu kemudian.

Misalnya saja aplikasi Yur, sebuah perusahaan membuat pelacak kebugaran Oculus yang awalnya berfungsi di gim Oculus, tetapi menjadi tidak bisa digunakan karena fungsi Oculus Move pihak pertama.

Penyelidikan ini tampaknya masih dalam tahap awal. Pada titik ini sebagian besar penting karena yang terbaru dalam daftar panjang pemerintah melihat ke dalam bagaimana operasi Meta.

Sejauh ini, VR masih kurang mendapat perhatian dibandingkan divisi Meta lainnya. FTC saat ini sedang mengejar gugatan antimonopoli terhadap perusahaan atas akuisisi Instagram dan WhatsApp, setelah kemunduran tahun lalu, seorang hakim menghidupkan kembali gugatan itu awal pekan ini.

Tetapi karena Meta telah mulai menekankan perannya dalam metaverse, area tersebut dapat mengundang lebih banyak pengawasan hukum juga. 

Hanya dalam 12 bulan terakhir, Meta telah menghadapi penyelidikan atas praktik perekrutan rasis dan menjadi subjek sidang Senat karena dengan sengaja mendorong informasi yang salah di Facebook.