JAKARTA - Robot seperti yang kita kenal banyak membantu pekerjaan manusia, termasuk menghibur. Tetapi jarang ada robot yang dapat melakukan interaksi sosial sesama robot maupun manusia itu sendiri.
Kini peneliti mencari cara untuk membuat robot lebih interaktif. Para peneliti ilmu komputer dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL), mengajarkan robot bagaimana cara berinteraksi dengan manusia dan robot lain.
Penelitian ini tidak hanya mengajarkan robot bagaimana berinteraksi dengan baik dengan sesama robot dan manusia, akan tetapi juga menggali lebih dalam aspek-aspek perilaku manusia yang bisa diterapkan di dalam robot itu sendiri.
Mengutip Engadget, Sabtu, 6 November, para peneliti mulai menciptakan lingkungan simulasi 2D yang memungkinkan robot memiliki tugas sosial dan fisik. Maksud dari tugas fisik adalah tindakan-tindakan yang didasari oleh gerak seperti berjalan atau mengambil sesuatu. Sementara itu, tujuan sosial menebak apa yang coba dilakukan robot lain dan kemudian bertindak berdasarkan itu. Seperti membantu robot lain melakukan sesuatu.
Terdapat tiga jenis robot yang diciptakan para peneliti, pertama hanya memiliki tujuan fisik, yang kedua memiliki tujuan fisik dan sosial, tetapi mengasumsikan semua robot hanya memiliki tujuan fisik. Sedangkan yang ketiga menganggap yang lain semua memiliki tujuan sosial dan fisik, sehingga dapat mengambil tindakan yang lebih maju seperti bergabung dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
Masing-masing robot yang berhasil menjalankan tugasnya akan mendapatkan hadiah. Sementara yang tidak bisa melakukan tugas, akan diberi hukuman. Pada proses interaksi sosial itu, para peneliti membuat 98 skenario berbeda.
BACA JUGA:
Dan seluruh skenario itu direkam dalam sebuah klip, serta sebanyak 12 peneliti diharuskan menonton hampir 200 klip video robot yang berinteraksi, dan kemudian mereka memperkirakan tujuan fisik juga sosialnya.
Sayang sekali, hasil menunjukkan bahwa robot masih kesulitan melakukan interaksi sosial dengan baik. Sebab, menurut para peneliti robot tidak memiliki kemampuan penalaran yang kompleks laiknya manusia.
“Bahkan bayi kecil tampaknya memahami interaksi sosial seperti membantu dan menghalangi, tetapi kami belum memiliki mesin yang dapat melakukan penalaran ini pada hal seperti fleksibilitas tingkat manusia,” ungkap peneliti.
Meski masih gagal, mereka berharap bahwa penelitian ini menjadi benchmark untuk penelitian sejenis. Tidak berhenti sampai di situ, mereka juga berencana untuk menciptakan lingkungan yang lebih kompleks dengan ruang simulasi 3D.