JAKARTA - Perkembangan teknologi dan isu perubahan iklim mendorong peningkatan minat masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil listrik. Namun, di tengah tren ini, sebuah fenomena menarik muncul: permintaan mobil listrik mewah justru menurun, sedangkan permintaan mobil listrik menengah hingga murah mengalami peningkatan.
Melansir Reuters, Rabu, 10 Juli, Volkswagen menyatakan jika ada potensi ditutupnya pabrik Audi di Brussel, Belgia. Hal ini dipicu oleh penurunan drastis permintaan mobil listrik mewah, yang berdampak pada Volkswagen selaku perusahaan induk Audi.
Menurut laporan Reuters, keputusan penutupan pabrik ini merupakan yang pertama bagi Volkswagen dalam hampir 4 dekade. Pabrik ini berpotensi berhenti memproduksi mobil listrik Audi Q8 e-tron pada tahun 2025 mendatang.
BACA JUGA:
Beberapa faktor yang melatarbelakangi keputusan ini dikarenakan minimnya permintaan mobil listrik mewah seperti Audi Q8 e-tron mengalami penurunan tajam. Sementara, produsen mobil seperti Audi telah menggelontorkan dana besar untuk pengembangan teknologi dan kapasitas produksi mobil listrik, namun permintaan tidak sesuai harapan.
Selain itu, pabrik Audi di Brussel memiliki keterbatasan dalam mengubah tata letak produksinya karena lokasinya yang dekat dengan pemukiman penduduk serta biaya logistik yang tinggi.
"Perwakilan karyawan Audi AG menyerukan perspektif masa depan bagi pabrik dan rekan-rekan kami di Brussels. Manajemen Audi harus mengambil tanggung jawab atas lokasi tersebut," kata Rita Beck, juru bicara Komite Audi di Dewan Pekerjaan Grup VW Eropa.
Penutupan pabrik ini diperkirakan akan berdampak pada 3.000 karyawan dan bisa menimbulkan kerugian sebesar 2,6 miliar euro (sekitar Rp45,6 triliun) bagi Volkswagen di tahun fiskal 2024. Saat ini, pihak Audi sedang berkonsultasi untuk mencari solusi alternatif bagi pabrik tersebut, termasuk kemungkinan penghentian operasi jika tidak ada solusi yang ditemukan.