Bagikan:

JAKARTA - Industri otomotif Jepang tengah dirundung sejumlah kasus penyimpangan dari beberapa produsen kendaraan roda empat, salah satunya Mazda. Masalah ini baru diketahui setelah Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (MLIT) mengeluarkan permintaan untuk investigasi pada 26 Januari 2024 lalu.

Dalam penyelidikan itu, pihak Mazda dan otoritas setempat menyelidiki sebanyak 2.403 pengujian. Hasil investigasi menemukan kejanggalan pada total lima pengujian dalam dua kategori yang dilaporkan ke pemerintah pada 30 Mei. Diketahui sebanyak 150.878 unit kendaraan produksi dan 149.313 unit yang terjual telah terdampak.

“Kami ingin menyampaikan permintaan maaf yang tulus atas ketidaknyamanan dan kekhawatiran yang ditimbulkan kepada pelanggan, mitra bisnis, dealer, dan seluruh pemangku kepentingan lainnya yang terkait dengan Mazda,” tulis Mazda dalam laman resminya, Selasa, 4 Juni.

Isu tersebut telah melibatkan beberapa model Mazda yang diproduksi di Jepang mengenai ketidaksesuaian dalam pemrosesan kendaraan pada uji tabrak dan pengujian output mesin. Namun, apakah model yang dijual di Indonesia juga terdampak?

Menanggapi hal ini, Chief Operating Officer PT Eurokars Motor Indonesia Ricky Thio, mengatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan tersebut dan menyampaikan bahwa kendaraan yang dijual di Indonesia tetap aman.

“Ketidaksesuaian ini murni terkait dengan prosedur sertifikasi sesuai hukum dan peraturan pemerintah Jepang dan tidak mempengaruhi kualitas kendaraan yang dikirim ke luar negeri,” kata Ricky kepada VOI, Rabu, 5 Juni.

Selain itu, ia juga memastikan bahwa Mazda akan tetap melanjutkan produksi dan penjualan kendaraannya ke pasar Indonesia.

“Oleh karena itu, produksi dan penjualan kendaraan Mazda untuk Indonesia akan tetap berlanjut,” tambah Thio.

Di Jepang, kendaraan yang terdampak mencakup Atenza produksi November 2014 ke April 2018 dengan produksi volume 29.547 unit dan unit terjual pada periode Januari 2015 hingga Mei 2018 terdiri dari 29.505 unit karena penyimpangan pada uji tabrak.

Lebih lanjut, kasus kedua melibatkan dua model yang tersandung masalah penyetelan ulang perangkat lunak kontrol mesin. Dalam pengujian sertifikasi mesin on-board mesin bensin, seharusnya dilakukan dengan menggunakan software pengendali mesin yang kondisinya sama dengan kendaraan produksi massal, namun dilakukan dengan menggunakan perangkat pengendali yang mengatur waktu sistem pengapian yang sebagian dinonaktifkan.

Kendaraan yang terdampak masalah ini termasuk MX-5 Roadster RF produksi dari Juni 2018 hingga saat ini dengan jumlah 10.930 unit pada masa penjualan dari Juli 2018 berjumlah 10.760 unit.

Sementara itu, Mazda2 dengan mesin 1,5 bensin juga terdampak kasus ini dengan produksi mulai Juni 2021 berjumlah 42.240 unit dengan masa penjualan mulai dari Juni 2021 dengan volume 41.361 unit.