JAKARTA - Volvo umumkan akan membawa EX30 yang diproduksi di China pada gelaran Beijing International Automotive Exhibition (Beijing Auto Show) 2024 yang digelar pada hari ini, 25 April ini.
Namun tak hanya itu ada kabar besar lainnya, Volvo EX30 produksi di China ini akan hadir di dealer Amerika Serikat (AS) pada musim panas mendatang. Kehadirannya patut dicermati, EX30 menjadi salah satu dari sedikit mobil buatan China yang akan dijual di Amerika Serikat.
Menariknya, EX30 menawarkan performa dan efisiensi yang setara dengan Tesla Model Y, mobil listrik terlaris di dunia, namun dengan harga sekitar 8.000 dolar AS (Rp129.5 juta) lebih murah.
Volvo Cars, merek mewah asal Swedia yang kini dimiliki oleh Geely (China), dilansir Reuters, 24 April, melihat potensi besar di EX30. Mobil SUV kompak ini dibanderol hanya 35.000 dolar AS (Rp566,5 juta), menyasar segmen pembeli mobil listrik yang mendambakan harga terjangkau di pasar Amerika Serikat.
Harga kompetitif EX30 dimungkinkan berkat keunggulan tersendiri yang dimiliki Volvo dan Geely. Dan menariknya lagi, Volvo bisa menghindari tarif bea masuk tinggi yang dikenakan pemerintah AS terhadap mobil buatan China karena memiliki pabrik di South Carolina Volvo, berkat pabrik mereka di South Carolina, berhak atas pengembalian dana tarif berdasarkan peraturan perdagangan Amerika Serikat.
Selain itu, Geely selaku perusahaan induk Volvo memiliki keunggulan dalam hal penguasaan rantai pasokan baterai dan pengalaman panjang dalam pengembangan mobil listrik.
BACA JUGA:
Dominasi China di bidang mobil listrik memang saat ini tak terbantahkan. Negeri Tirai Bambu ini menguasai sebagian besar penambangan dan pemurnian mineral baterai, ditambah dengan dukungan pemerintah melalui subsidi yang besar.
Geely pun semakin efisien dalam produksi mobil listrik. Mereka berhasil menekan biaya dengan mengintegrasikan rantai pasokan dan berbagi platform serta komponen dengan Volvo dan merek lain milik Geely.
Meski harganya agresif, Volvo tetap menargetkan margin keuntungan yang tinggi untuk EX30, yaitu antara 15 hingga 20 persen secara global.
Kuatnya persaingan produsen mobil listrik China semakin terlihat di pameran otomotif Beijing. Puluhan merek mobil listrik China saling bersaing ketat di pasar domestik mereka, sementara pabrikan otomotif asing justru kehilangan pangsa pasar.
Para pemain besar seperti BYD pun mula mengekspor mobil listrik mereka untuk meraih keuntungan lebih tinggi di pasar luar negeri yang persaingannya belum seketat China.