Bagikan:

JAKARTA -  Mazda, pabrikan Jepang yang terkenal dengan mesin rotary uniknya membuat pengumuman mengejutkan menjelang penutupan pameran Tokyo Auto Salon dengan pembentukan divisi baru khusus pengembangan mesin rotary. 

Bukan sekadar nostalgia, langkah ini dibidik untuk menjawab tantangan era bebas karbon sekaligus menantang dominasi mobil listrik.

CEO Mazda, Masahiro Moro, menegaskan divisi ini akan menerobos tantangan era bebas karbon dengan memanfaatkan berbagai sumber daya teknis terdepan. Artinya, mereka tak cuma mengandalkan mesin legendaris Wankel, tapi berpotensi melahirkan teknologi pembakaran internal yang benar-benar revolusioner.

Kenapa "senjata rahasia"? Mazda memang tertinggal dalam perlombaan mobil listrik. Tapi, alih-alih mengejar ketertinggalan, mereka justru fokus mencari jalan lain. 

"Kami sengaja menjadi pengikut dalam tren EV,” ujar Moro dilansir dari Carbuzz, 15 Januari, melihat minat terhadap mobil listrik yang sebenarnya tak sepanas dulu.

7
Teknologi pada MX-30 e-Skyactiv R-EV

Nah, di sinilah mesin rotary berperan. Tak cuma ikonik dan bertenaga, mesin ini punya potensi besar untuk di-"hijaukan." Buktinya, mereka sudah menggunakan mesin rotary sebagai range extender di hybrid mereka, MX-30 e-Skyactiv R-EV.

7
Teknologi MX-30 e-Skyactiv R-EV

Kemungkinan lain? Mesin rotary berbahan bakar hidrogen! Mazda sendiri mengakui sedang berlaga di seri balap Super Taikyu dengan Mazda 3 Gr.4 berbahan bakar biodiesel, membuktikan keseriusan mereka mengeksplorasi alternatif ramah lingkungan.

Tentu, rintangan teknis tak mudah diatasi. Tapi, bagi Mazda, menemukan solusi alternatif krisis iklim memang tidak pernah mudah, apalagi  mesin rotary Mazda sempat vakum selama 11 tahun sebelum dihidupkan kembali.

Yang pasti, pendirian divisi ini membakar semangat para penggemar Mazda, terutama pecinta mobil performa bermesin rotary. Siapa tahu, konsep mobil sporty SP Concept yang memesona itu bukan sekadar mimpi.

Jadi, apakah mesin rotary akan menjadi senjata rahasia Mazda melawan dominasi mobil listrik? Kita tunggu saja gebrakannya. Tapi yang jelas, langkah berani ini membuktikan bahwa masa depan otomotif tak melulu soal baterai dan motor listrik.