JAKARTA - China, dengan jumlah penduduknya yang besar, telah menjadi target pasar yang sangat diincar oleh berbagai pabrikan otomotif. Namun, bersaing di pasar otomotif China tidaklah mudah, terutama mengingat persaingan yang ketat di sana.
Salah satu pabrikan yang mengalami kesulitan di pasar China adalah Mitsubishi. Mereka telah menghadapi tantangan dalam bersaing dengan pabrikan ternama lainnya, terutama karena penurunan permintaan yang signifikan. Sebagai hasilnya, Mitsubishi sedang mempertimbangkan untuk menghentikan produksi lokalnya di negara tersebut.
Menurut laporan Nikkei Asia, Rabu, 27 September, Mitsubishi berencana untuk menarik investasinya dari usaha patungan lokalnya dengan Guangzhou Automobile Group (GAC), yang telah beroperasi sejak tahun 2012.
GAC Mitsubishi Motors mencapai puncak prestasi pada tahun 2018 dengan penjualanan mencapai 140.000 unit kendaraan. Namun, angka penjualan tersebut secara bertahap menurun, dan tahun lalu hanya berhasil mengirimkan 38.550 unit kendaraan ke pelanggan, mengalami penurunan sebesar 60 persen dibandingkan dengan tahun 2021. Akibat penurunan tersebut, produksi di provinsi Hunan dihentikan pada bulan Maret lalu, dan Mitsubishi tidak memiliki niatan untuk melanjutkan operasional di sana.
GAC berencana untuk mengalihkan pabrik tersebut untuk memproduksi kendaraan listrik. Perusahaan otomotif China ini memiliki 50 persen saham dalam usaha patungan, sementara Mitsubishi Motors memiliki 30 persen, dan 20 persen sisanya dimiliki oleh Mitsubishi Corporation.
Dengan demikian, GAC Mitsubishi akan tetap beroperasi sebagai sebuah entitas perusahaan, tetapi kedua perusahaan Jepang ini akan menarik investasinya dari usaha patungan tersebut.
BACA JUGA:
Dilaporkan bahwa dana yang ditarik akan dialihkan ke operasional di wilayah Asia Tenggara dan Oseania, yang mewakili sekitar sepertiga dari penjualan global Mitsubishi setiap tahunnya.
Sementara itu, Mitsubishi, sebagai pabrikan Jepang, terus berusaha untuk menghadirkan produk-produk terbaru ke pasar, seperti All-New Triton dan XForce, yang ditujukan untuk pasar di Asia Tenggara, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika.