JAKARTA - Sejumlah besar produsen otomotif pada Maret lalu mendapat kelegaan besar setelah mengetahui bahwa mobil bermesin pembakaran (ICE) diperbolehkan untuk dijual di Uni Eropa hingga 2035. Namun dengan persyaratan harus menggunakan e-fuels atau sintetis.
Stellantis, perusahaan induk dari sejumlah pabrikan menyambut kabar ini dengan baik. Perusahaan multinasional ini baru saja berhasil menguji sebanyak 24 jenis mesin ICE pada kendaraan Eropa mulai dari keluaran 2014 dengan bahan bakar sintetis. Stellantis mengatakan bahwa mesin-mesin tersebut cocok menggunakan e-fuels tanpa perlu modifikasi.
Pengujian tersebut merupakan bagian dari program perusahaan yang menguji sebanyak 28 mesin dari berbagai keluaran produksi berbeda untuk dicocokkan dengan e-fuels yang dilakukan mulai April lalu.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 5 September, perwakilan Stellantis mengatakan bahwa empat mesin lagi sedang menunggu validasi apakah cocok dengan e-fuels atau tidak.
Perusahaan yang menaungi merek seperti Alfa Romeo, Citroen, Opel, Jeep, Peugeot, dan Maserati tersebut mengatakan bahwa 24 jenis mesin yang lolos pengujian tersebut mewakili sekitar 28 juta kendaraan yang telah ada di Eropa.
Pengujiannya sendiri dilakukan dengan menggunakan e-fuels yang berasal dari Aramco, perusahaan minyak terbesar di Arab Saudi. Menurut klaim Stellantis, e-fuels yang canggih dapat memberikan dampak besar dalam mengurangi emisi CO2 pada armada kendaraan Stellantis yang ada.
Stellantis juga memperkirakan bahwa penggunaan bahan bakar rendah karbon pada 28 juta kendaraan dapat mengurangi emisi karbon Eropa hingga 400 juta metrik ton selama antara 2025 dan 2050.
BACA JUGA:
Dengan demikian, e-fuels memiliki potensial dalam mengurangi emisi pada mesin pembakaran setidaknya 70 persen dibandingkan bahan bakar tradisional.
Stellantis juga memiliki target dalam mengurangi jejak karbon mulai dari 2021 hingga 2030 mendatang dengan menjual sepenuhnya mobil ramah lingkungan.