Menggali Rencana McLaren Menghadirkan Mobil Listrik Berperforma Tinggi
The new McLaren 750S Spectrum. (Dok. McLaren)

Bagikan:

JAKARTA - Industri otomotif terus mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan perkembangan teknologi kendaraan listrik.

McLaren, salah satu produsen mobil super eksklusif, telah memperkenalkan beberapa supercar setelah mengenalkan McLaren P1, supercar hybrid pertama di dunia tahun 2012 seperti Senna, Speedtail, Elva, dan Solus GT. Namun, tidak ada yang benar-benar melanjutkan garis keturunan dari duo legendaris, McLaren F1 tahun 1992 dan P1.

Namun, perkembangan terbaru di dunia teknologi kendaraan listrik, yang akan terus berlanjut hingga akhir dekade ini, membuat kemungkinan hadirnya model sejenis menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

Diketahui, Porsche sebagai pesaing tengah sibuk menggarap Porsche Mission X, model listrik yang merupakan penerus dari Porsche 918 Spyder yang sebelumnya merupakan rival dari McLaren P1

Untuk menanggapi itu, CEO McLaren, Michael Leiters mengatakan bahwa kendaraan listrik (EV) menjadi salah satu dari tiga pilar pengembangan powertrain McLaren, selain mesin pembakaran dalam dan hibrida.

Menurutnya, dalam lima tahun mendatang, 90% penjualan McLaren akan didominasi oleh mesin-mesin hybrid. Namun, saat ini, McLaren masih "tidak yakin" terkait supercar listrik.

“Salah satu alasan utama adalah bobot kendaraan. McLaren tidak ingin membuat mobil dengan berat 2 ton dan tenaga 2000 dk, hal ini bukanlah semangat McLaren. Kami ingin menciptakan mobil yang memiliki bobot sebanding dengan mobil bermesin pembakaran dalam sekitar 750 hp; McLaren tidak memerlukan tenaga 2000 dk,” ungkap Leiters, dikutip dari Autocar, 14 Agustus.

Leiters menambahkan, McLaren juga berharap adanya perubahan teknologi pada EV yang tidak hanya meningkatkan kemampuannya, tetapi juga menjadikan pengalaman mengemudi yang menarik dan sesuai dengan identitas merek McLaren.

"Kami harus bersiap untuk perubahan zaman dan masa depan yang baru. Keberhasilan 750S menunjukkan bahwa pelanggan kami masih menyukai mobil dengan mesin pembakaran dalam, tetapi mungkin ada pelanggan lain yang tertarik pada hal lain," sambungnya.

Lebih luas lagi, Leiters menyambut baik proposal Uni Eropa untuk tetap memperbolehkan mobil berbahan bakar e-fuel tetap beredar.

"Untuk kasus kami, kan produksinya tidak banyak dan jarak tempuh kendaraan juga rendah. Anda harus berinvestasi banyak selama produksi kendaraan listrik. Bagaimana kami bisa mengimbanginya? Itu tidak masuk akal, bukan? Jadi, menurut saya, sangat penting untuk selalu mempertimbangkan lingkungan dan kondisi dalam pengambilan keputusan," pungkasnya.