JAKARTA - Bos McLaren Michael Leiters menyatakan bahwa mereka ingin menjadi yang terdepan dalam memproduksi supercar listrik. Namun, Leiters mengakui bahwa masih banyak penelitian dan pengembangan yang dibutuhkan sebelum teknologi tersebut dapat diterapkan secara komersial.
Dalam wawancara dengan Autocar, dikutip Rabu, 26 Juni, Leiters menyerukan perlunya investasi besar-besaran pada rantai pasokan otomotif Inggris, khususnya untuk mendukung produsen mobil dalam jumlah kecil seperti McLaren. Ia berpendapat bahwa dukungan ini penting untuk memfasilitasi adopsi teknologi penggerak listrik terbaru.
Menurutnya, saat ini struktur rantai pasokan untuk produsen mobil Inggris berjumlah kecil masih belum memadai. Aturan perdagangan dan kebijakan pemerintah yang ada justru menghambat kemajuan teknologi.
Kembangkan EV tapi Butuh Waktu
Leiters mengungkapkan bahwa McLaren telah memulai program pengembangan untuk merancang mobil listrik pertama mereka. Namun, teknologi baterai yang ada saat ini belum bisa memenuhi standar performa dan pengendalian tinggi yang selama ini menjadi ciri khas McLaren.
Leiters menegaskan komitmennya untuk mempertahankan bobot ringan yang menjadi keunggulan McLaren. Menurutnya, mobil listrik dengan bobot 2 ton dan tenaga 2.000 dk bukanlah sebuah supercar. Ia ingin menciptakan mobil listrik yang ringan dan lincah, mempertahankan sensasi berkendara khas McLaren.
Leiters mengakui bahwa basis pelanggan inti McLaren masih skeptis terhadap kehadiran mobil listrik. Untuk itu, McLaren harus bisa menghadirkan mobil listrik yang ringan dan tetap bertenaga, sesuai dengan DNA McLaren.
Selain tantangan teknis, Leiters juga mengkhawatirkan nilai jual kembali mobil listrik supercar. Pelanggan McLaren yang mapan secara finansial tentu tidak ingin mengalami kerugian besar saat menjual mobil mereka. Leiters melihat bahwa nilai jual kembali mobil listrik masih belum stabil.