Bagikan:

JAKARTA - Sebagai produsen mobil sport legendaris, Lamborghini telah menciptakan reputasi yang mengagumkan dengan menciptakan sejumlah model supercar yang memikat hati penggemar otomotif. Ditenagai oleh mesin V10 maupun V12 pembakaran internal, mobil-mobil Lamborghini berhasil menjadi simbol performa dan kemewahan.

Namun, di tengah persiapan banyak pabrikan untuk menghadirkan lini mobil terbaru yang ditenagai oleh energi listrik, Lamborghini tetap berusaha mempertahankan keunikan dan keaslian mereka. Pabrikan dengan logo "Banteng Mengamuk" ini dikabarkan kini menjajaki kemungkinan menggunakan bahan bakar sintetis atau e-fuels, sambil tetap berkomitmen pada jalur elektrifikasi.

Dengan pengumuman Uni Eropa mengenai larangan penjualan mobil bermesin pembakaran internal (ICE) pada tahun 2035, penggunaan e-fuels diyakini Lamborghini adalah solusi melanjutkan penjualan mobil bermesin konvensional mereka. Ini memberi mereka jalan yang aman untuk terus memenuhi keinginan pelanggan.

Stephan Winkelmann, CEO Lamborghini, mengungkapkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan berbagai kemungkinan dalam menggunakan e-fuels dalam dekade mendatang.

"Kami mungkin akan mulai dengan menggunakan bahan bakar sintetis hanya untuk kegiatan balap. Namun, kami juga perlu melindungi koleksi mobil klasik kami, karena mayoritas mobil kami akan tetap ada setelah 60 tahun. Jadi, setelah 2035, kami harus memberikan peluang bagi semua pelanggan kami untuk terus menikmati mobil mereka," ujar Winkelmann, seperti yang dilaporkan oleh CarExper, Sabtu, 8 Juli.

Winkelmann juga menekankan bahwa mereka perlu memahami regulasi dan peraturan yang ada untuk mengembangkan atau menyelaraskan mesin ICE mereka dengan bahan bakar sintetis untuk masa depan. Mereka berkomitmen untuk mengadopsi drivetrain hybrid sebagai mobil baru setelah 2035, tetapi mereka akan mengikuti aturan dan peraturan yang berlaku.

Meskipun demikian, menurutnya, penggunaan e-fuels perlu pengkajian lebih lanjut. Selain itu, mereka juga tengah mempersiapkan peralihan ke mobil sepenuhnya listrik menjelang akhir dekade ini, yang berarti biaya pengembangan mungkin semakin tinggi.

"Peningkatan peraturan emisi telah membuat biaya mesin pembakaran internal semakin tinggi dalam waktu dekat dan membatasi pengembangan mobil listrik. Ada banyak aspek yang harus kami pertimbangkan," tambah Winkelmann.

Jika Lamborghini memutuskan untuk mengembangkan mesin ICE dengan menggunakan e-fuels, mereka akan mengikuti jejak Porsche, saudara mereka. Porsche telah mendukung penggunaan e-fuels untuk model-model pembakaran internal mereka dalam beberapa waktu terakhir.

Namun, pandangan yang berbeda diungkapkan oleh perusahaan induk kedua merek tersebut, yaitu Volkswagen Group. Mereka berpendapat bahwa era mesin pembakaran internal akan berakhir setelah tahun 2030. Bahkan, pabrikan asal Wolfsburg ini akan mengalihkan fokus mereka sepenuhnya ke mobil listrik setelahnya.