Bagikan:

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan besar terjadi di industri otomotif dunia, banyak pabrikan berpindah dari bahan bakar konvensional ke energi listrik dan hidrogen. Semua itu membawa harapan untuk masa depan lebih baik yang ramah lingkungan.

Meskipun demikian, ada juga pabrikan yang masih memproduksi mobil berbahan bakar bensin dan ada juga yang mulai mengembangkan cara untuk menghemat melalui penggunaan bahan bakar sintetis.

Pabrikan yang memutuskan beralih ke tenaga listrik ialah Hyundai yang gencar mengembangkan produk tanpa emisi. 

Namun, Hyundai juga mengungkapkan bahwa pintu belum tertutup untuk model pembakaran yang nantinya akan menggunakan bahan bakar sintetis.

Dikutip dari Motor1, Senin, 3 April, Jin Cha, selaku Vice President and Head of Global PR Corporate Strategy and Planning Team Hyundai, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak menutup kemungkinan akan mengembangkan mobil berbahan bakar sintetis.

"Dengan beberapa karyawan, kami tidak sepenuhnya yakin dengan apa yang sedang dikerjakan oleh para insinyur dalam hal penelitian, jadi itulah alasan kami tidak menutup kemungkinan Hyundai dalam mengembangkan penggunaan bahan bakar sintetis. Namun, belum ada komersialisasi bahan bakar sintetis dari Hyundai, tapi siapa yang tahu tentang masa depan?," ujar Jin Cha.

Beberapa waktu lalu, Uni Eropa telah menyetujui kompromi usulan penjualan mobil mesin pembakaran (ICE) tetap berlanjut mulai tahun 2035, namun harus menggunakan bahan bakar sintetis (e-fuels).

E-fuels adalah bahan bakar yang bebas karbon. Meskipun sudah diusulkan, bahan bakar e-fuels belum tersedia dalam jumlah yang banyak.