JAKARTA - Sebagai produsen otomotif berbahan bakar internal (ICE) terbesar di dunia, Toyota juga berkomitmen tinggi menggarap kendaraan listrik. Mereka tengah mempersiapkan beberapa model mobil listrik (EV) yang akan diluncurkan pada tahun 2026.
Namun tak hanya fokus pada EV, Toyota juga meyakini bahwa teknologi hybrid masih memiliki peran penting dalam pasar saat ini. Dengan pendekatan ini, Toyota berharap dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam dan memberikan solusi mobilitas yang lebih bersih dan efisien. Ini terungkap dalam sebuah dokumen Toyota yang bocor ketika dikirim ke AS.
Dokumen yang bocor berisi rencana Toyota yang berharap dapat meningkatkan penjualan kendaraan hybrid. Informasi ini dilaporkan pertama oleh Jalopnik pada Rabu, 17 Mei.
Dokumen tercatat bulan April 2023, bertepatan dengan pengumuman rencana Toyota dalam membuat sepuluh model Battery Electric Vehicle (BEV) terbaru pada 2026, satu di antaranya ialah SUV listrik yang akan diproduksi di AS.
Toyota memang memiliki komitmen tinggi untuk pindah ke segmen elektrifikasi, namun Toyota juga tidak pernah mengatakan akan sepenuhnya meninggalkan mesin pembakaran. Tidak seperti Lexus, brand mewah milik Toyota yang telah resmi mengumumkan hanya menjual kendaraan listrik mulai 2035 mendatang.
Chief Scientist Toyota, Gill Pratt, juga mengatakan bahwa pendekatan terbaik untuk mengurangi tingkat emisi adalah menempatkan baterai kecil daripada memasang baterai yang besar.
"Waktu akan menunjukkan bahwa sudut pandang kami sebenarnya benar. Dengan satu atau lain cara, akan ada keberagaman powertrain yang digunakan di seluruh dunia," ujar Pratt.
Disebutkan juga dalam dokumen alasan Toyota fokus pada mobil hybrid, salah satunya kurangnya bahan baku mineral penting yang dibutuhkan untuk memproduksi kendaraan listrik. Di sisi lain Toyota juga disebut percaya akan masa depan kendaraan listrik tapi sebelumnya ada halangan yang harus diatasi untuk mencapainya.
BACA JUGA:
Dalam laporan Asia.nikkei.com pada 27 April lalu juga disebut Toyota telah menyiapkan investasi sebesar 334 juta dolar AS atau sekitar Rp5 triliun untuk mengembangkan mobil hybrid di Brasil yang bisa menggunakan biofuel.