Jakarta di Hari Ulang Tahun ke-496: Menggugat Masalah Klasik dan Mencari Solusi Baru
Kawasan Bundaran Hotel Indonesia Jakarta sering jadi titik kemacetan lalu lintas. (Foto Adrian Pranata - Unsplash)

Bagikan:

Jakarta, ibu kota negara yang selalu memancarkan gemerlap dan harapan, merayakan hari ulang tahunnya yang ke-496 dengan penuh semangat. Namun, di balik sorotan perayaan yang megah, Jakarta masih terhantui oleh persoalan-persoalan yang belum juga selesai. Sejak Bung Karno memilih Jakarta sebagai ibu kota negara pada tanggal 22 Juni 1964, kota ini berusaha untuk bangkit dan mendapatkan kehormatan yang seharusnya. Namun, di ulang tahunnya yang ke-496 ini, Jakarta masih terperangkap dalam masalah-masalah yang menghambat kemajuannya.

Selain banjir, salah satu persoalan yang tak terbantahkan adalah kemacetan lalu lintas yang kronis. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020, terdapat sekitar 17 juta kendaraan bermotor di Jakarta. Angka ini melonjak menjadi 24,26 juta unit pada tahun 2023. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang cepat ini mengakibatkan kemacetan yang semakin parah, mempengaruhi kelancaran arus lalu lintas di seluruh kota.

Tidak hanya itu, Jakarta juga dihadapkan pada persoalan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Seperti dilansir dari jakarta.bps.go.id, jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2022 lalu mencapai 10,64 juta. Pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan ini memberikan tekanan lebih lanjut pada infrastruktur dan fasilitas publik yang ada. Kepadatan penduduk yang tinggi turut memperparah masalah kemacetan dan keterbatasan ruang di ibu kota.

Kendati demikian, panjang jalan di Jakarta tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang ada. Masih menurut data BPS, panjang jalan di Jakarta pada tahun 2020 hanya sekitar 7.087 kilometer. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat setiap tahun. Hal ini menjadi salah satu faktor utama penyebab kemacetan yang semakin parah, terutama di beberapa ruas jalan utama yang berperan sebagai jalur tembus di Jakarta.

Pemerintah telah berusaha mengatasi masalah ini dengan mengembangkan transportasi massal di Jabodetabek. Moda transportasi seperti MRT, LRT, TransJakarta, dan KRL Commuter Line menjadi andalan masyarakat Jakarta. Atau juga menerapkan kebijakan ganjil genap. Meski upaya ini diambil, kenyataannya belum sepenuhnya mengatasi kemacetan yang ada. Jadi harus ada terobosan baru untuk mengatasi masalah klasik seperti kemacetan ini.

Masalah lain yang belum berhasil diatasi adalah parkir liar. Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta seperti diambil dari jakarta.go.id, terdapat 276 tempat parkir resmi di Jakarta pada tahun 2020. Kurang memadai jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan. Sementara, data terkini mengenai jumlah parkir liar belum tersedia, namun secara kasat mata, kasus parkir liar banyak terjadi di berbagai sudut kota Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengambil tindakan tegas untuk menindak parkir liar di berbagai sudut kota. Meskipun demikian, masih banyak kasus parkir liar yang sulit diatasi. Heru Budi Hartono, Penjabat Gubernur Jakarta, mendapat desakan untuk bertindak tegas terhadap masalah parkir liar yang masih menjadi permasalahan klasik di Jakarta.

Menyikapi persoalan-persoalan ini, Jakarta perlu mengambil langkah langkah konkret dan inovatif. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, memperluas dan meningkatkan sistem transportasi massal yang ada sampai ke perumahan, sekaligus membuat nyaman penggunanya, serta memperluas jaringan jalan menjadi hal yang penting. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat Jakarta dalam mematuhi peraturan lalu lintas dan mendukung kebijakan-kebijakan pro-lingkungan juga harus diperhatikan.

Dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-496, Jakarta dapat memanfaatkan momen ini untuk merefleksikan tantangan yang dihadapi dan merencanakan solusi yang lebih baik untuk masa depannya. Bukan hal mudah. Karena soal jalan misalnya, juga harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Tapi dengan kreativitas, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, serta keberanian untuk mengambil langkah-langkah nyata, Jakarta dapat menjadi kota yang maju, nyaman, dan berkelanjutan. Perayaan ulang tahun bukanlah hanya tentang pesta dan hiburan semata, melainkan momen yang tepat untuk merefleksikan dan bergerak maju menuju perubahan yang lebih baik.