Bagikan:

JAKARTA - Nicklas Bendtner memutuskan gantung sepatu di usianya yang baru 33 tahun. Keputusan itu diungkapkan Lord Bendtner pada Kamis kemarin.

Mantan pemain Arsenal ini dikenal memiliki karier yang liar di luar lapangan, yang melibatkan pekerja seks dan pemerasan. Sebaliknya, sepak terjangnya di lapangan terbilang gagal.

Simak beberapa kisah kontroversialnya berikut ini.

Dalam buku biografinya yang terbit pada tahun lalu, Both Sides, Bentdner bercerita tentang banyak hal ekstrem. Salah satunya adalah betapa umumnya penggunaan pekerja seks di antara rekan satu timnya.

Dia mengklaim, menyewa pelacur jauh lebih aman ketimbang membawa pulang wanita, yang dia sebut sebagai 'penggali emas'.

"Itu (pelacur) tidak terlalu berisiko dibandingkan dengan menjemput gadis-gadis saat berada di luar kota," kata Bendtner dilansir dari Daily Star.

"Dan jika Anda rentan terhadap perselingkuhan - saya pernah membaca, ini berlaku untuk 46 persen orang Denmark - Anda hampir tidak berani lagi melakukan perbuatan itu dengan 'warga sipil'.

“Tidak saat Anda menjadi pesepak bola terkenal. Saya tahu tentang banyak insiden yang melibatkan pelacur. Tapi saya tahu banyak cerita tentang pemerasan melalui media sosial."

Yang dimaksud Bendtner adalah 'penggali emas' dari dunia malam yang siap bercinta dan kemudian mengambil foto kliennya saat sedang tidur.

“Dengan foto-foto itu sebagai kartu truf mereka, mereka akan memeras kita agar mereka tutup mulut," kata Bendtner.

Hamili Wanita, Diperas untuk Biayai Operasi Payudara

Bendtner juga pernah diperas untuk membayar biaya operasi payudara oleh mantan kekasihnya yang dia hamili.

“Salah satu gadis yang pernah bersama saya kembali dan mengklaim bahwa saya telah membuatnya hamil," kata Bendtner dalam buku itu.

"(Dia mengatakan) ada harga jika dia akan melakukan sesuatu tentang hal itu.

"'Dan apa artinya itu?' tanya saya.

"Artinya, kamu harus membayar sepasang payudara baru untuk saya. Saya ingin pantat saya diperbaiki," katanya.

"Jadi saya akhirnya membayar biaya ahli bedah kosmetiknya."

Porsche Hancur, Pakaian Dilempar ke Luar jendela

Gaya hidup Bendtner di Arsenal termasuk banyak berpesta di luar lapangan, sesuatu yang dia sesali sejak itu. Dan beberapa pertengkaran lainnya dengan mantan kekasih termasuk bagaimana Porsche-nya hancur dan pakaiannya dilempar keluar jendela.

"Suatu malam, seorang gadis melemparkan batu besar melalui jendela belakang salah satu Porsche saya," tambahnya.

"Saya di atas apartemen, dan saya bisa mendengar dia berteriak dan menjerit, tapi saya tidak keluar.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Dia marah karena saya tidak ingin terus menemuinya.

"Pada malam ketiga, seorang gadis memeriksa ponsel saya saat saya sedang tidur. Saya kira dia tahu saya punya beberapa gadis lain selain dia."

Keesokan paginya, lanjut Bendtner, gadis itu pergi. Begitu juga pakaiannya yang dilempar keluar jendela dan tergeletak di jalan setapak.

Bertaruh Rp20,2 Juta Dekati Putri Steve Bruce, Malah Jatuh Cinta

Lord Bendtner pernah menerima taruhan untuk mendekati putri Steve Bruce. Setelah mengobrol dengan gadis cantik itu, dia jatuh cinta padanya.

Ketika Bendtner tiba di London Utara - dari Copenhagen dia berusia 16 tahun. Masih muda, segar dan dinilai memiliki prospek yang luar biasa.

Namun, Arsenal memilih untuk meminjamkan Bendtner ke Birmingham City pada tahun 2006 yang kala itu dilatih Bruce.

Di Birmingham lah dia pertama kali bertemu putri Bruce - Amy - di acara amal. Setelah dia menerima sejumlah taruhan dari rekan satu timnya, dia mendekati Amy.

"Tiba-tiba, saya bertaruh 1.000 poundsterling (Rp20,2 juta) dengan orang-orang seperti McSheffrey, Clemence, dan Johnson, yang merupakan kapten kami," kenang Bendtner kepada Politiken.

Beruntung bagi Bendtner, Bruce tertarik kepadanya, dan mereka mulai bertemu tidak lama kemudian.

Pemain internasional Denmark itu kemudian mengklaim bahwa dia telah melupakan taruhan itu, dan bahkan merasa bersalah ketika menerima kemenangannya: "Bertentangan dengan rencana, saya bertaruh dan jatuh cinta pada Amy."

Lord Bendtner tidak pernah benar-benar menunjukkan penampilan terbaiknya di lapangan. Baik saat bersama Arsenal, Juventus, maupun Wolfsburg atau menjelang akhir kariernya di Rosenborg dan Copenhagen. 

Namun, di tim nasional Denmark, catatannya tergolong lumayan. Ia mengantongi 81 caps bagi Danish Dynamite dan mencetak 30 gol.