JAKARTA – Ada tiga nama pelatih top Indonesia yang dipastikan meninggalkan Pelatnas PBSI Cipayung. Posisi mereka nanti akan digantikan oleh pelatih baru yang didapat melalui sistem rekrutmen.
Salah satu nama yang dipastikan pergi dari Cipayung ialah pelatih tunggal putra, Irwansyah. Juru taktik yang berusia 50 tahun itu hengkang dan menerima tawaran dari India.
Irwansyah tercatat mengabdi selama delapan tahun di Pelatnas PBSI dan mempersembahkan sejumlah gelar. Namun, dia harus pergi setelah kontraknya berakhir ujung tahun ini.
"Kontrak kerja saya sebagai pelatih tunggal putra dengan PBSI akan selesai pada akhir bulan Desember ini. Saya menerima tawaran kerja sebagai pelatih dari beberapa negara," demikian bunyi pesan dari Irwansyah kepada media.
Salah satunya prestasi Irwansyah selama berada di sana ialah membawa Jonatan Christie juara All England 2024. Pencapaian tersebut mengakhiri puasa gelar tunggal putra selama tiga dekade.
SEE ALSO:
Selain itu, dia juga membawa tunggal putra juara di Kejuaraan Asia dua tahun beruntun, masing-masing melalui Anthony Sinisuka Ginting pada 2023 dan Jonatan Christie pada 2024.
Prestasi berikutnya adalah berhasil membimbing tunggal putra Alwi Farhan untuk menjadi juara dunia junior serta berkontribusi membawa Indonesia mengakhiri paceklik gelar selama 19 tahun di ajang bergengsi Thomas Cup.
Selain itu, pelatih ganda campuran Herry Iman Pierngadi dan pelatih ganda putra Aryono Miranat juga dipastikan pergi dari Cipayung. Nama terakhir akan kembali ke klub PB Djarum Kudus.
Perginya pelatih-pelatih tersebut seiring dengan sejumlah perubahan yang dilakukan oleh PBSI di bawah kepemimpinan Fadil Imran untuk masa bakti 2024-2028. Salah satunya ialah sistem rekrutmen pelatih.
Induk bulu tangkis nasional tersebut melakukan rekrutmen secara terbuka mulai awal bulan ini. Kesempatan diberikan kepada siapa pun yang memenuhi syarat dan tertarik untuk menjadi pelatih di Pelatnas PBSI.
Rekrutmen ini terbuka baik bagi pelatih dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, pelatih-pelatih yang sebelumnya menjadi pelatih di Pelatnas diperbolehkan untuk mengajukan diri.
Meski demikian, ketiga nama di atas memutuskan untuk tidak memasukkan berkas mereka. Mereka memilih untuk menepi dari Pelatnas PBSI dan memberikan kesempatan ke nama lainnya.
Sistem perekrutan ini dilakukan setelah prestasi bulu tangkis Indonesia melempem di Olimpiade Paris 2024. Saat itu bulu tangkis hanya menyumbang medali perunggu melalui Gregoria Mariska Tunjung.