Bagikan:

JAKARTA - Juara di Piala Dunia 2018 dan menjadi finalis empat tahun berikutnya, tapi Perancis bernasib kurang bagus di Euro 2024. Performa membosankan Perancis pun berakhir sudah.

Spanyol menghentikan langkah Les Bleus di semifinal. Pelatih Didier Deschamps menyebut dirinya yang bertanggung jawab atas kegagalan itu.

Perancis menunjukkan penampilan lumayan apik saat menghadapi Spanyol di semifinal Euro 2024. Bahkan, ini menjadi performa terbaik Adrien Rabiot dan kolega selama pergelaran di Jerman.

Pasalnya, Perancis memang gagal memenuhi ekspetasi. Meski menjadi salah satu tim dengan pemain terbaik di setiap lini, Perancis tak bisa tampil maksimal.

Ini bukan sekadar sangkaan yang ditujukan kepada juara Euro dua kali ini. Penampilan mereka memang tak meyakinkan. Perancis menang sekali dan imbang dua kali selama penyisihan grup dengan hanya mengemas tiga gol.

Ironisnya, dua gol dibuat pemain lawan alias gol bunuh diri. Hanya satu gol yang dicetak Kylian Mbappe. Itu pun dari titik penalti.

Deschamps tidak hanya memiliki Mbappe di lini depan, tetapi ada Antonie Griezmann, Ousmane Dembele, dan Randal Kolo Muani. Selain itu, masih ada striker veteran Olivier Giroud dan bintang muda Bradley Barcola.

Sementara di tengah ada duo Real Madrid, Eduardo Camavinga, dan Aurelien Tchouameni. Masih ditambah lagi Rabiot dan N'Golo Kante. Di belakang ada bek tangguh sekelas Dayot Upamecano, Jules Kounde, hingga Theo Hernandez.

Namun, Perancis ternyata menyajikan permainan yang membosankan. Performa mereka seperti tak sebanding dengan Perancis era Michele Platini sehingga mereka disebut 'tim Brasil Eropa' dan memenangi Euro 1984.

Permainan mereka juga jauh dari generasi Zinedine Zidane--yang ironisnya Deschamps menjadi kapten saat itu--dengan menjadi juara Piala Dunia 1998 dan Euro 2000.

Hanya saja, Deschamps bukannya bercermin dari kritikan itu. Dia melakukan pembelaan yang aneh.

"Bila tidak suka dengan permainan Perancis, lebih baik ganti saluran saja," ucapnya ketus.

Laga melawan Spanyol sesungguhnya menjadi momen Deschamps untuk menunjukkan penampilan terbaik. Namun, skenario itu berantakan.

Unggul lebih dulu lewat Muani, Perancis akhirnya kalah 1-2 dan Spanyol lolos ke final untuk menghadapi Belanda atau Inggris.

"Saya yang bertanggung jawab (atas kegagalan Perancis). Spanyol menunjukkan mereka memang tim yang bagus. Kami memang berhasil mencetak gol pertama, tetapi lawan benar-benar menyulitkan kami. Mereka lebih superior dan sepenuhnya menguasai permainan," ucap Deschamps

Lebih lanjut, eks kapten Perancis ini menuturkan bila tim tidak memiliki senjata ampuh yang mematikan. Selain itu, tim tak mampu menekan Spanyol meski berusaha untuk bermain ofensif.

Saat memasuki babak kedua dengan posisi sudah tertinggal, Perancis sesungguhnya memiliki peluang lebih banyak ketimbang Spanyol. Namun, mereka kurang klinikal sehingga penyelesaian akhir tak pernah membuahkan hasil.

"Kami tak memiliki senjata yang mematikan. Kami juga tidak mampu mendominasi seperti biasanya. Kami seharusnya bermain lebih baik dan mengontrol pertandingan," ujar dia lagi.

"Selain itu, kami tak mampu bermain efektif saat harus menghadapi Spanyol yang merupakan tim yang bagus. Kami memang fight sampai akhir, tetapi kami juga punya keterbatasan. Kami menjalani enam pertandingan dan ini agak menguras stamina," katanya.

Kegagalan Perancis di Euro 2024 menjadikan mereka masih belum bisa menyamai rekor Jerman yang tercatat tiga kali menjadi juara Eropa. Setelah mencapai final di Euro 2016, Perancis menemui kegagalan di Euro 2020 dan 2024.