JAKARTA - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, telah memanggil 29 pemain untuk pemusatan latihan (TC) di Turki dalam persiapan Piala Asia 2023. Namun, pilihan sang pelatih mendapat sorotan karena dinilai monoton dalam penunjukan pemain.
Shin Tae-yong dianggap hanya memanggil pemain yang itu-itu saja untuk mengisi skuad. Bahkan dalam kesempatan kali ini ia memilih tak menyertakan dua pemain Borneo FC yang tengah bersinar, Stefano Lilipaly dan Nadeo Argawinata.
Pelatih asal Korea Selatan itu justru lebih memilih Pratama Arhan yang minim menit bermain selama di Tokyo Verdy. Ada pula nama Dendy Sulistyawan yang belum memberikan dampak besar di Bhayangkara FC.
Keputusan Shin Tae-yong itulah yang kemudian menimbulkan tanda tanya seperti yang diutarakan pengamat sepak bola Tanah Air, Tommy Welly, atau akrab disapa Bung Towel.
Dalam acara Diskusi Turun Minum PSSI Pers bertema Naturalisasi di Kemenpora, Jakarta Pusat, pada Kamis, 21 Desember 2023, Bung Towel mempertanyakan sikap Shin Tae-yong.
Ia mempertanyakan apakah langkah sang pelatih sudah tepat dan efisien dalam menentukan kriteria pemain.
BACA JUGA:
“Shin Tae-yong saat ini menjadi polemik dalam hal pengambilan keputusan termasuk nasib Stefano Lilipaly dan Nadeo Argawinata, juga Pratama Arhan. Jadi, pelatih yang sama sedang dipertanyakan pengambilan keputusannya,” kata Bung Towel.
“Pengetahuan umum kita, pemain itu dipanggil ke Timnas Indonesia berdasarkan performa di kompetisi. Namun, menurut saya jawaban (Shin Tae-yong) enggak jelas,” lanjutnya.
Sebelumnya diketahui bahwa alasan Shin Tae-yong tak menyertakan Lilipaly karena sang pemain dinilai memiliki kelemahan secara fisik.
Namun, alasan itu dirasa terlalu umum dan tak adil dari sudut pandang pemain. Begitu juga posisi Nadeo di bawah mistar gawang yang kemudian diganti Syahrul Trisna yang dianggap STY lebih tenang saat tampil.
“Stefano Lilipaly dianggap punya kelemahan dari sektor fisik dan alasan itu juga bikin bingung karena terlalu general. Buat Lilipaly fair, tidak? Tidak."
"Dia dihakimi punya kekurangan fisik, tapi apakah dia memang fisiknya lebih lemah dibanding Dimas Drajad dan Dendy Sulistyawan,” singgung Bung Towel,
“Pelatih yang menentukan program naturalisasi ini pada saat bersamaan juga memutuskan Nasib Lilipaly dan Nadeo."
"Siapa kiper yang enggak pernah membuat kesalahan? Alasan kenapa pilih Syahrul karena dia lebih tenang. Fair atau tidak buat Nadeo? Belum tentu.”
"Karena alasannya enggak jelas, sebagai pengamat saya berasumsi sebetulnya STY cari alasan dari kebobolan lima gol melawan Irak (Kualifikasi Piala Dunia 2026) bahwa itu salah Nadeo. Ini bahaya," lanjutnya mengambil contoh situasi.
Dari keadaan tersebut, Bung Towel merasa bahwa mestinya Shin Tae-yong bisa menerapkan sistem promosi-degradasi di Timnas Indonesia.
Pemain yang tidak perform dalam Skuad Garuda harus diparkir terlebih dahulu agar bisa introspeksi kesalahannya.
Andai pola itu itu diterapkan maka akan membuat persaingan sehat antarpemain yang juga bisa membuat atmosfer semakin kompetitif.
Terlebih, para pemain yang ada di Liga 1 atau Liga 2 akan punya kesempatan yang sama besar untuk berlomba-lomba tampil maksimal demi membela Merah-Putih.