JAKARTA - Sejak menggantikan Ernesto Valverde 13 Januari lalu, Quique Setien belum memberi perubahan berarti dalam tubuh Barcelona. Dia tiba di Catalunya dengan antusiasme tinggi dan keinginan untuk mengubah keadaan, tetapi belum berhasil memperbaiki pendahulunya.
Setien telah memenangkan 64 persen pertandingan yang ia pimpin, sementara Valverde menang dalam 62 persen pertandingannya musim ini. Dalam 26 pertandingan di bawah mantan pelatih mereka, Barcelona kalah empat kali, sementara dalam 11 pertandingan terakhir dengan Setien di bangku cadangan, mereka menderita tiga kekalahan.
Ververde meninggalkan tim saat mereka berada di puncak liga, meskipun ia kehilangan trofi Supercopa de Espana. Setelah kedatangan Setien, Barcelona berada di urutan kedua di bawah Real Madrid dan mereka tersingkir dari ajang Copa del Rey.
Selain itu, tim Catalan tidak memberikan tanda-tanda perubahan baik secara permainan maupun atmosfer di bawah pelatih baru mereka. Setien telah mencoba memperkenalkan beberapa sistem taktis, seperti membangun permainan dari belakang, tapi belum berfungsi.
BACA JUGA:
Barcelona belum tampil mengesankan selama tahun 2020 dan mereka sangat mengandalkan Lionel Messi. Apalagi setelah mereka kehilangan Luis Suarez dan Ousmane Dembele.
Blaugrana juga memiliki dua wajah berbeda ketika bermain di kandang dan tandang. Di Camp Nou, mereka sepenuhnya mendominasi lawan. Sedangkan di kandang lawan, mereka mencatat tujuh kekalahan dan lima hasil imbang.
Sementara itu, kekalahan 2-0 Barca dari Madrid dalam laga El Clasico pada Minggu kemarin menjadikan Setien sebagai pelatih Blaugrana terbaru yang menjadi korban 'Kutukan Clasico'.
Setien kini menjadi pelatih Barcelona ketiga beruntun yang kalah dalam laga El Clasico pertamanya. Luis Enrique memulai rentetan kekalahan tersebut pada tahun 2014 ketika ia dikalahkan Los Blancos 3-1, sementara Valverde merasakan derita yang sama pada tahun 2017 di Supercopa de Espana.
Tujuh tahun sudah sejak pelatih Blaugrana terakhir yang meraih kemenangan di El Clasico pertama mereka. Gerardo Martino melakukannya pada tahun 2013 ketika mengalahkan Los Merengues yang kala itu dilatih Carlo Ancelotti.