JAKARTA - Erick Thohir dinilai sosok yang memang paling tepat untuk memimpin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Bagi pengamat olahraga Fritz Simanjuntak, Erick Thohir memiliki keunggulan yang tidak dimiliki calon ketum umum PSSI lainnya.
"Salah satu keunggulannya, Erick Thohir pernah memiliki klub elite di Italia, Inter Milan, dan beliau jadi presiden klub tersebut," ujar Fritz, Kamis 16 Februari.
Dengan pengalaman yang dimiliki Erick Thohir, orang nomor satu di Kementerian BUMN itu tahu persis bagaimana pengurus sepakbola di Italia menata kompetisi, membina tim nasional, menegakkan peraturan, membangun aspek bisnisnya dan menjalin hubungan yang harmonis dengan para suporternya.
"Beliau kalau tidak salah investasi sebesar 480 juta dolar AS untuk membeli Inter Milan dan beliau berhasil meningkatkan nilai saham klub tersebut. Pengalaman berharga ini tidak dimiliki calon lain," ucap Fritz.
Meski begitu, Fritz tidak menampik jika lingkungan sepak bola Indonesia jauh berbeda dengan Italia.
BACA JUGA:
Namun, Fritz menambahkan, Erick setidaknya dapat menerapkan manajemen berkualitas tinggi dan tegas dengan aturan seperti di Italia dalam mengelola sepakbola Indonesia.
Fritz menaruh harapan besar kepada Erick untuk mengikuti jejak pengusaha kaya Australia, Frank Lowy, yang berhasil melakukan reformasi di sepakbola di Negeri Kanguru tersebut.
Setelah Australia terpuruk besar di kompetisi dan prestasi ambruk, sambung Fritz, Lowy berhasil membuat kompetisi untung besar dan akhirnya Australia berhasil lolos ke piala dunia.
"Saya berharap Pak Erick bisa melakukan hal yang sama. Untuk itu, saya berharap Pak Erick menambah struktur di PSSI untuk duduk sebagai strategi manajemen. Organisasi olahraga kita tidak pernah memiliki struktur ini," papar Fritz.
Lebih lanjut, Fritz menyampaikan perubahan sepakbola Indonesia oleh Erick tentu memerlukan dukungan dan komitmen yang sama dari para pemegang suara atau voters. Fritz berharap para voters bisa berpikir jernih dalam memberikan suaranya.
"Harapannya agar voters tidak menggunakan hak suara untuk kepentingan pribadinya. Voters harus lebih mementingkan masa depan sepakbola Indonesia dalam memberikan suaranya," pungkasnya.