FIFA dan AFC Bakal Datangi Indonesia Imbas Tragedi Kanjuruhan
Ilustrasi tragedi di Kanjuruhan Malang. (Foto via Antara)

Bagikan:

JAKARTA — Ketua Komite Wasit PSSI Ahmad Riyadh memastikan FIFA dan AFC akan mengunjungi ke Indonesia terkait tragedi Kanjuruhan yang menelan korban jiwa ratusan suporter.

Sejauh ini kedua otoritas sepak bola internasional itu belum menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia akibat kematian setidaknya 125 suporter Arema dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober lalu.

"FIFA dan AFC akan ada kunjungan. Mudahan mereka mendukung langkah-langkah yang sudah dilakukan dan sampai saat ini PSSI terus berkoordinasi," ujar Riyadh dalam jumpa pers virtual, Selasa, 4 Oktober.

Kematian ratusan suporter telah mengundang perhatian sepak bola dunia internasional. Indonesia kemungkinan besar menerima sanksi berat dari FIFA menyusul tragedi tragis itu.

Banyak pihak mengatakan, banyaknya korban jiwa berjatuhan itu disebabkan keputusan polisi menembakkan gas air mata ke penonton. Padahal, penggunaan gas air mata di dalam stadion dilarang FIFA.

Selain itu, faktor lain yang diduga menjadi penyebab banyak nyawa hilang adalah meluapnya penonton melebihi daya tampung stadion. Riyadh membenarkan ada himbauan dari kepolisian agar kapasitas yang digunakan 75 persen saja.

"Mengenai stadion tadi kapasitasnya 45 ribu di dalam verifikasi tapi yang dicetak 42 ribu. Kepolisian memang mengeluarkan himbauan untuk 75 persen, tapi pada saat himbauan keluar tiket sudah sold out sehingga pengamanan ditambah," kata dia.

Kejadian ini membuat PSSI sudah menjatuhkan sanksi untuk Arema FC selaku tuan rumah berdasarkan hasil sidang Komisi Disiplin. Hukuman itu melarang Arema menyelenggarakan pertandingan dengan penonton sebagai tuan rumah sampai musim kompetisi Liga 1 2022/2023 selesai.

Kemudian, Arema juga harus bermain sebagai tuan rumah di tempat lain yang jauh dari home base mereka di Malang. Dengan syarat, lokasi bersangkutan harus berjarak setidaknya 250 kilometer.

Hukuman juga diterima Ketua Panpel Abdul Haris serta Security Officer Suko Sutrisno. Keduanya dianggap lalai menjalankan tugas sehingga dilarang beraktivitas di sepak bola nasional seumur hidup.