Bagikan:

JAKARTA - Perasaan kesal dan frustasi dirasakan Dina Asher-Smith usai menyelesaikan final 100 meternya di Kejuaraan Atletik Dunia 2022 di Oregon, Amerika Serikat.

Momen emosional itu dirasakan Dina lantaran gagal meraih podium. Atlet 26 tahun itu telah memberikan kemampuan maksimal di final tapi hal itu masih belum mampu melampaui tiga rival kuat asal Jamaica.

Dina memulai dari garis start dengan keadaan sangat baik, bahkan catatannya di final ini juga menyamai catatan waktu nasionalnya yaitu 10,83 detik. Tapi peraih medali perak dunia itu harus puas berada di urutan keempat.

Posisi pertama podium Kejuaraan Atletik Dunia 2022 ditempati Shelly-Ann Fraser-Pryce. Sprinter 35 tahun itu memenangi medali emas dengan catatan waktu 10,67 detik, yang juga jadi rekor kejuaraan.

Rekan senegaranya Shericka Jackson ada di podium kedua dengan catatan waktu pribadi terbaik 10,73 detik. Sementara Elaine Thompson-Herah dengan catatan waktu 10,81 detik menempati podium ketiga.

Setelah final, Dina sempat diwawancarai TV setempat. Namun, ketika itu ia yang emosional bahkan harus berpaling dari kamera sejenak untuk menghapus air mata yang mengalir di wajahnya.

“Ini menyebalkan. Ah, itu sangat dekat (dengan garis finis). Itu adalah final yang gila." kata Dina dikutip dari The Sun.

Dina menyebut catatan waktunya sudah cukup baik, tapi rupanya hal itu masih tak bisa membawanya menang. Sebab lawan punya selisih waktu sangat tipis dan lebih cepat darinya meski ia juga dalam kondisi baik.

"Sangat menyenangkan berada di era ini ketika orang berlari 10.6, 10.7, 10.8 detik. Tapi lebih lambat dari 10.8 derik tidak akan bisa memberi Anda medali,” tuturnya.

“Saya merasa terganggu (dengan hasil itu). Padahal saya juga dalam kondisi prima," ia melanjutkan.

Dina Asher-Smith menyebut semua berjalan baik di awal, begitu juga dengan posisi start nya. Tapi hasil yang ia dapat benar-benar membuatnya marah dan kecewa.

"Saya sangat senang memulai lari dari jalur delapan. Saya benar-benar tidak bisa menyalahkannya. Tetapi saya sangat kecewa karena itu tidak membuat saya naik podium. Saya merasa marah," kata sang atlet.

"Sayangnya, finis keempat. Kaliber finalnya luar biasa. Sulit untuk masuk ke final. Padahal saya datang ke sini untuk naik podium,” lanjutnya.

Kendati merasa emosional dengan hasil final ini, tapi ia berusaha menerimanya dan membicarakan hal penting dengan pelatih soal kekalahannya.

“Saya kesal tetapi saya akan tidur, pulih, mengobrol dengan pelatih saya, mungkin sedikit menangis. Saya tidak senang dengan hasil ini tapi pasti ada yang perlu diperbaiki,” tandasnya.