JAKARTA - Petinju nasional Hero Tito meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama lima hari di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis, 3 Maret. Kabarnya, dia tutup usia akibat cedera pembengkakan otak.
Sebelumnya, Hero Tito menjalani pertarungan melawan James Mokoginta di Holywings Gatsu Club V, 27 Februari. Dia kalah KO setelah upper cut kanan James telak menghantam rahangnya.
Petinju berusia 36 tahun tersebut jatuh terjengkang. Kepala bagian belakang Hero terbentur keras ke kanvas.
Hero Tito sempat bangun dan duduk saat wasit Teguh Tambunan menyelesaikan 10 hitungan dan memutuskan kemenangan KO untuk James. Namun petinju yang punya rekor bertanding 29-16-2 (11 KO) itu lantas menggeletak lagi, dan langsung mendapatkan pertolongan dari tim medis pertandingan.
Pria asal Malang itu pun ditandu keluar ring dalam kondisi pingsan. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
BACA JUGA:
Co-Founder Holywings, Ivan Tanjaya, angkat bicara terkait insiden meninggalnya Hero Tito. Dia menjelaskan, ini kali pertama Holywings menyelenggarakan pertandingan tinju.
Ia pun menyerahkan semua urusan teknis kepada badan tinju yang ditunjuk pihak Armin Tan selaku promotor. "Jadi kami hanya menyediakan tempat dan hadiah kepada petinju yang bertanding di Holywings," ujar Ivan, seperti dikutip Antara, Jumat, 4 Maret.
Ivan kemudian menjelaskan standar penanganan pada pertandingan yang bergulir saat itu. Dia mengungkapkan, tim medis telah standby selama acara berlangsung.
Selain itu, pihaknya juga sudah menyiapkan jalur khusus dari panggung untuk keluar gedung menuju ambulans yang sudah tersedia jauh sebelum acara dimulai.
"Hero Tito sempat di tandu dari ring. Kemudian saat di lorong khusus khusus evakuasi dipindahkan ke tandu dorong (stretcher) untuk dimasukkan ke ambulans," ujarnya.
Ambulans tersebut, lanjut Ivan, sudah dilengkapi fasilitas mini ICU, lengkap dengan elektrokardiogram (monitor jantung), tabung oksigen, termasuk ventilator mini untuk membantu pernapasan.
Selain itu ada juga automated external defibrillator untuk memacu jantung dan mengecek kondisi jantung, alat penyedot cairan, serta fasilitas bedah ringan.
"Untuk rumah sakit rujukan waktu itu dipilih RS Tebet karena dekat, tidak macet dan sebagai penangan cepat untuk tindakan awal. Baru kemudian dirujuk ke RS Mitra Kelapa Gading karena harus segera melakukan operasi di bagian kepala karena Hero Tito sudah mengalami penggumpalan darah di otak," tutur Ivan.
"Jadi kami selaku pihak venue dari acara HSS BOXING sebenarnya sudah mengantisipasi kejadian seperti Hero Tito dengan sebaik-baiknya, namun Tuhan berkehendak lain dan kami semua sangat terpukul dengan kehilangan Hero Tito ini," tambahnya.
Setelah insiden ini, lanjut Ivan, Holywings akan lebih serius dan berhati-hati dalam menyelenggarakan ajang tinju berikutnya. Seperti mencari rekanan rumah sakit yang terpercaya untuk semua persoalan medis.
"Ini dilakukan untuk memastikan semua atlet sudah aman total untuk bertanding dan tidak ada cedera berat setelah bertanding seperti cek MRI dan CT scan. Holywings akan memberikan yang terbaik kepada olahraga tinju di Indonesia supaya tidak terjadi lagi hal yang serupa seperti yang dialami Hero Tito dan petinju yang gugur karena bertanding sebelumnya," katanya.
Pihak Holywings pun akan memberikan santunan kepada dua anak Hero Tito sebesar Rp5 juta untuk 10 tahun ke depan.
"Dengan harapan kedua anak Hero Tito bisa mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak setelah ditinggal ayahnya," kata Ivan.