Hero Tito Petinju Indonesia ke-31 yang Tewas Usai Bertanding: Jangan Ada Lagi yang Menyusul, Semoga Ini Terakhir
Almarhum Heru Purwanto alias Hero Tito (kiri) dalam laga melawan James Mokoginta di Holywings Club SCBD Jakarta, Minggu malam 27 Februari 2022. (Foto: Armin Tan Promotions)

Bagikan:

JAKARTA – Kematian petinju Hero Tito merupakan tragedi ke sekian puluh kali dalam dunia olahraga Indonesia, khususnya tinju profesional. Hero yang bernama asli Heru Purwanto adalah petinju asal Malang berusia 35 tahun. Dia meninggal setelah kalah KO dari James Mokoginta dalam pertarungan tinju di Holywings Club Gatot Subroto, Jakarta pada Minggu malam 27 Februari 2022.

Pergelaran tinju bertajuk Holywings Sports Show Boxing tersebut dipromotori oleh Amir Tan Promotions. Dia bekerja sama dengan pemilik Hollywings Club SCBD yang tidak lain adalah pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea.

Hero dinyatakan meninggal dunia setelah dirawat di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara dalam kondisi koma selama 4 hari sejak tumbang KO. Kepergian Hero meninggalkan seorang istri, Didin Nurul Wijayanti dan dua orang putri yang masih berusia 13 tahun dan 5 tahun.

Almarhum Hero Tito ditandu keluar ring akibat pingsan usai kalah KO dari James Mokoginta pada Minggu malam 27 Februari 2022. (Foto: Net.tv)

Kematian Hero tentu menumbuhkan keprihatian dan rasa duka di dalam diri komunitas olahraga Indonesia, khususnya pelaku dan pencandu tinju profesional. Grup facebook Tinju Dunia Terbaik yang memilik 46 ribu anggota dipenuhi ucapan cuka cita. Begitu juga dengan grup Tinju Dunia yang memiliki 108 ribu anggota, dan banyak grup lain.

Dalam catatan VOI, Hero merupakan petinju Indonesia ke-31 yang meninggal seusai berlaga di atas ring. Berikut adalah daftar petinju Indonesia yang meninggal usai bertanding, sejak sebelum kemerdekaan.

Berikut adalah daftar petinju Indonesia yang meninggal usai bertanding:

  1. 1948: Surabaya: Jimmy Koko (lawan: Meyer)
  2. 1950: Surabaya: Rocky Wang/Ricky Huang (lawan: Vic Suatman)
  3. 1959: Surabaya: Robby Pav (lawan: Mohammad Yali)
  4. 1961: Sarono (lawan: Tan Hwa Soei)
  5. 1978: Bandung: Atjeng Jim (lawan: Kai Siong)
  6. 1979: Nasir Kitu (lawan: tidak terdata)
  7. 1980: Syamsul Bachri (lawan: tidak terdata)
  8. 1984: Jakarta: Domo Hutabarat (lawan: Dadang Krisna)
  9. 1985: Suryanto (lawan: tidak terdata)
  10. 1987: Jayapura: Agus Souissa (lawan: Michael Arthur)
  11. 1988: Blitar: Wahab Bahari (lawan: Hudi Alamanda)
  12. 1988: Suryanto (lawan: John Bonnex)
  13. 23 Desember 1990, Bontang: Bongguk Kendy (lawan: Bisenti Santoso)
  14. 15 Juli 1993, Jakarta: Yance Samangun (lawan: Mahmud)
  15. 11 Mei 1995, Jakarta: Akbar Maulana (lawan: Bugiarso)
  16. 16 Juni 2000, Jakarta: Dipo Saloko (lawan: Roy Saragih)
  17. 18 November 2000, Belawan: Bayu Young Iray (lawan: Herianto Kalam)
  18. 11 Maret 2001, Bekasi: John Namtilu (lawan: Hasan Purba)
  19. 2 April 2001, Cibinong: Muhammad Alfaridzi (lawan: Kongthawat Ora Sorkiti)
  20. 28 Oktober 2001, Manado: Donny Maramis (lawan: Stenly Kalalo)
  21. 4 Februari 2003, Jakarta: Johannes "Bones" Fransiscus (lawan: Slamet Nizar. Johannes meningga pada 6 Februari 2003 setelah dirawat di RS UKI Cawang Jakarta Timur)
  22. 21 September 2003, Balige Sumut: Mula Sinaga - Petinju Amatir - (lawan: Asahan Tuerino. Mula Sinaga wafat pada 24 September 2003)
  23. 23 Januari 2004, Jakarta: Antonius Jonathan Mosse (lawan: Kaichon Sor Vorapin)
  24. 19 Februari 2004, Purwokerto: Jack Ryan (lawan: Syamsul Hidayat)
  25. 5 Maret 2005; Jakarta: Hendrik Bira (lawan:Mones Arepas. Hendrik kalah TKO 3 dalam pertarungan 3 Maret 2005)
  26. 16 Juni 2006, Manado: Fadly Kasim (lawan: Jibril Soamole. Fadly kalah TKO 6)
  27. 15 Maret 2007, Jakarta: Anis Dwi Mulya (lawan: Irvan Bone. Anis kalah TKO ronde 6, meninggal pada 20 Maret 2007)
  28. 31 Maret 2012, Jakarta: Muhammad Afrizal alias Afrizal Cotto (lawan: Irvan Barita Marbun. Afrizal kalah angka mutlak, dan kemudian meninggal tanggal 4 April 2012 setelah menjalani operasi di bagian kepala karena mengalami pendarahan di otak di RS UKI Jakarta Timur)
  29. 16 November 2012, Kupang: Oxon Palue (Lawan: Gerry Gio Toisuta. Hasil pertandingan seri 8 ronde. Oxon Palue kemudian mengeluh menderita keram kaki usai pertandingan, dan dinyatakan meninggal pada 20 November 2012 di rumah sakit)
  30. 27 January 2013, Jakarta: Tubagus Setia Sakti (Lawan: Ical Tobida. Hasil pertandingan Tubagus kalah TKO ronde 8 pada 26 Januari. Tubagus mengalami pendarahan otak, kemudian meninggal pada hari berikutnya)
  31. 27 Februari 2022, Jakarta: Heru Purwanto alias Hero Tito (meninggal setelah kalah KO ronde 7 dari James Mokoginta dalam pertandingan di Hollywings Club SCBD Jakarta, Minggu malam 27 Februari 2022 dan meninggal di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta Utara, Kamis 3 Maret 2022)

Tanggung Jawab Pengawasan

Kalangan tinju melihat bahwa fatalitas dalam aktivitas tinju profesional disebabkan karena pengawasan yang kurang ketat. Pemerintah harus berada di depan untuk masalah pengawasan keselamatan petinju. Masalah keselamatan tidak bisa diserahkan kepada pihak asosiasi tinju di Indonesia yang kini ada lima. Tidak juga kepada promotor.

“Petinju sekarang sudah pintar-pintar. Mereka bisa langsung ambil jalan pintas untuk menghubungi promotor tanpa perlu manajer. Mereka berpikir praktis-praktis saja tanpa memikirkan akibatnya,” kata Rosa Kusuma, penata tanding tinju profesional.

Almarhum Hero Tito di masa jayanya, menjelang sebuah pertarungan di Australia pada 2014. (Foto: Dragon Fire Promotions)

Rosa mencontohkan soal Hero, yang punya kebiasaan mengatur pertarungannya sendiri.

“Dulu memang Heru pakai manajer, tetapi sekarang dia langsung-langsung saja menghubungi promotor. Latihannya tidak terkontrol karena dia tidak bernaung di bawah satu sasana. Heru lebih banyak melatih member untuk tinju aerobik ketimbang berlatih khusus untuk pertandingan,” kata Rosa menambahkan.

Promotor Armin Tan pun menampik jika disebutkan bahwa Hero bernaung di bawah manajemennya di Armin Tan Boxing.

“Heru sebenarnya bukan petinju saya. Tetapi karena dia tidak bernaung di bawah sasana manapun, lantas dia minta izin untuk bernaung di bawah manajemen saya. Pertimbangan saya hanya kasihan, karena Heru sedang perlu kerja. Tetapi saya tidak menduga kalau justru pertandingan dia berakhir menyedihkan,” ujar Armin, yang mengungkapkan bahwa bayaran Hero adalah Rp25 juta ditambah bonus berjumlah sama jika dia menang.

Promotor Armin Tan bersama Presiden WBC, Mauricio Sulaiman. (Foto: Istimewa)

Peran Pemerintah Sangat Perlu

Dari Bangkok, petinju Daud Yordan yang sedang menjalani isolasi mandiri akibat terpapar COVID-19 mengungkapkan pandangannya soal tragedi Hero Tito. Daud seharusnya bertanding di Bangkok, Thailand pada 4 Maret, namun rencana tersebut batal setelah petinju yang juga Ketua KONI Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat tersebut terpapar COVID-19 menjelang naik ring.

“Saya kenal baik dengan Heru, yang pernah menjadi mitra latih saat saya berlatih di Perth, Australia maupun Bali. Saya tahu benar kalau dia adalah tulang punggung keluarganya, maupun keluarga istrinya. Jadi saya juga bisa memaklumi kalau Heru mati-matian cari uang untuk hidupnya,” kata Daud.

Rumah yang sedang dibangun Almarhum Hero Tito untuk keluarganya di Desa Banjarejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

“Masalahnya di sini adalah pengawasan. Baik pengawasan dari dalam manajemen tinju Heru, maupun pengawasan eksternal dari Pemerintah Indonesia. Kedua hal ini harus berjalan seiring. Tidak bisa kita lepaskan seorang petinju sendirian menentukan kesiapannya naik ring. Pemerintah juga punya peran besar untuk menentukan laik tidaknya seorang petinju naik ring, dari sisi pemeriksaan kesehatan misalnya. Seperti yang sama alami di Bangkok, Komisi Tinju Bangkok yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah turun tangan langsung untuk membawa saya menjalani isolasi,” papar Daud lagi.

Daud menyayangkan pembubaran Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), yang seharusnya punya peran besar dalam pengawasan kegiatan olahraga profesional di Indonesia, khususnya olahraga pertarungan.

Daud Yordan, mengharapkan peran Pemerintah Indonesia dalam menjaga keselamatan petinju. (Foto: Antara)

“Kemalangan yang menimpa Heru seperti mengingatkan kita lagi bahwa masih banyak pekerjaan rumah untuk tinju profesional Indonesia. Harapan saya pemerintah juga menyoroti kasus Heru, dan membuat keputusan yang signifikan untuk kemajuan olahraga profesional Indonesia,” kata Daud menambahkan.

Siapapun pasti berharap tragedi kematian Hero Tito adalah yang terakhir bagi dunia tinju di Indonesia. Harapan itu berpeluang besar terwujud, salah satunya jika pemerintah menaruh perhatian penuh terhadap aktivitas tinju profesional yang berisiko tinggi dan berbahaya.