Bagikan:

JAKARTA - Marty Friedman lahir, besar, dan mendapat pengakuan sebagai gitaris di Amerika Serikat (AS). Namun di tahun 2003, ia memilih untuk tinggal dan menetap di Jepang, serta merekam musiknya di sana.

Saat berbicara di Klub Koresponden Asing Jepang di Tokyo baru-baru ini, Friedman membagikan pandangannya setelah melalui perjalanan bermusik lebih dari empat dekade. Eks gitaris Megadeth itu melihat perbedaan mendasar dari pandangan orang Jepang dan AS terhadap musik keras.

Hal tersebut disampaikan saat ia ditanya mengenai stereotip bahwa genre heavy metal menarik individu yang merasa mereka dikucilkan dari masyarakat populer.

Berdasarkan pengalamannya, Friedman menyebut anak-anak yang menyukai musik keras di Amerika Serikat bukanlah anak yang populer. Mereka justru diberikan stereotip negatif.

"Khususnya ketika saya tumbuh dewasa, saya rasa sama seperti sekarang, tetapi orang-orang yang mendengarkan hard rock dan musik keras dan semua hal itu, tidak seperti quarterback tim sepak bola, tidak seperti orang-orang populer, bukan orang-orang pintar, bukan orang-orang dengan pacar yang hebat, tidak seperti orang-orang kelas atas, orang-orang yang berprestasi. Mereka (yang suka musik keras) adalah orang-orang yang akan membolos dan bergaul dengan teman-teman mereka dan merokok dan mungkin hal-hal lain dan bukan orang-orang populer,”

“Mereka adalah orang-orang buangan. Dan disitulah hard rock memiliki tempatnya di masyarakat. Orang-orang populer menyukai musik dansa dan musik pop, dan mereka tidak terlalu peduli dengan musik. Itu tidak penting karena mereka sudah memiliki kehidupan yang baik. Mereka tidak perlu diberi obat dengan mendalami musik dan diselamatkan oleh musik. Mereka seperti, 'Oh, ada musik di latar belakang. Hebat. Ayo berdansa. Berpesta. Keren.' Namun bagi kami yang tidak punya banyak teman, kami di rumah memainkan Black Sabbath dengan volume penuh dan berkata, 'Oh yeah, yeah, yeah, yeah, yeah. Tidak apa-apa. Ini sangat keren.' Namun, orang-orang populer tidak seperti itu.”

Pengalamannya itu berbeda dari apa yang dilihat di Negeri Sakura. Dia melihat banyak anak yang bermain band dan populer di sekolahnya. Mereka juga termasuk anak-anak yang pandai.

“Namun, di Jepang, semuanya sangat berbeda. Anda melihat orang-orang dalam band, Anda melihat orang-orang yang mendedikasikan hidup mereka untuk bermain rock, dan mereka populer di sekolah, mereka tampan, mereka punya pacar, mereka ada di tim olahraga, mereka punya nilai bagus, orang-orang yang benar-benar normal, tetapi untuk beberapa alasan, mereka memainkan musik rock, dan mereka ada di band-band ini memainkan musik yang keras dan menjengkelkan. Anda bertemu orang-orang itu dan mereka sangat sopan dan pandai berbicara, dan tidak seperti Kurt Cobain,” tutur gitaris 61 tahun itu.

Perjalanan musik Friedman telah membawanya dari heavy metal terberat di Amerika Serikat ke musik pop di Jepang, dan sekarang ia menjadi tokoh di dunia penyiaran Jepang. Ia dipandang sebagai duta budaya untuk negara asalnya, Amerika, dan negara angkatnya, Jepang.