Bagikan:

JAKARTA - Trio jazz-elektronik asal Jakarta, Littlefingers kembali meluncurkan single baru berjudul “Koji”. Lagu ini merupakan rilisan pertama setelah EP “GYMNASIUM” yang keluar tahun lalu.

Koji sendiri merupakan nasi olahan yang menjadi bahan baku dalam pembuatan kecap asin Jepang, atau lebih dikenal shoyu.

Sama halnya menjadi seorang musisi, meskipun sudah matang secara kompetensi, seorang musisi tetap harus mempromosikan dirinya, terus menulis lagu, mencari koneksi, dan sebagainya. Hal tersebut dirasakan oleh setiap personil Littlefingers yang notabene merupakan musisi sesi.

Dalam single ini, Littlefingers menghadirkan gaya berbeda dari rilisan-rilisan terdahulu, yang mana menandai hadirnya fase baru dalam perjalanan bermusik Chika Olivia (kibor), Tjdika (bass), dan David Halim (drum).

Tetap dengan pilihan bunyi elektronik, namun kali ini Littlefingers menyajikan nada-nada yang lebih sederhana. Hal ini melawan kebiasaan penulisan lagu mereka selama ini.

“Kami sebagai band ingin terus konsisten berkarya, melahirkan karya-karya yang jujur dan sesuai dengan personaliti band kami namun tidak ingin jadi membosankan dan stagnan. Maka dari itu dalam proses penulisan dan pengerjaan Koji, beserta dengan lagu-lagu yang akan dirilis setelah Koji,” kata Chika dalam keterangannya, Jumat, 26 Juli.

“Kami mencari cara-cara baru untuk menghasilkan bunyi yang fresh, lewat penggunaan instrumen yang berbeda dari rilisan-rilisan sebelumnya, melawan insting dan respon yang biasanya bermunculan di kepala dalam pengerjaan musik, penulisan komposisi yang lebih tonal dan simpel, dan masih banyak lagi,” lanjut Chika.

“Koji” juga menjadi single pembuka menuju album kedua yang rencananya akan dirilis pada akhir tahun ini. Littlefingers menjelaskan bahwa “Koji” merupakan ekspresi dari perjalanan setiap personil sebagai musisi.

“Jadi musisi, apalagi di Indonesia itu tidak mudah sama sekali dan penuh lika-liku. Hari ini bisa manggung di panggung yang besar banget dengan ribuan penonton, besoknya bisa cuma manggung di cafe tanpa ada penonton. Oleh karena pengalaman hidup kami bertiga sebagai musisi, baik dan buruknya, ditulislah album kedua ini,” pungkas David Halim.