Geliat Musik Elda Suryani: Nyeleneh, Emosional, Penuh Gairah
Elda Suryani (Instagram @_starsandrabbit)

Bagikan:

JAKARTA - Di awal kemunculan duo Stars and Rabbit, tidak sedikit yang bertanya-tanya: grup musik apa ini? Padahal, salah satu personelnya, Elda Suryani, bukan orang yang sepenuhnya baru di industri musik Tanah Air.

Elda dikenal kali pertama dalam program realitas Reinkarnasi yang tayang di salah satu televisi swasta Tanah Air pada 2006. Dalam program ini, Elda ambil bagian dalam audisi vokalis band eVo.

eVo berawal ketika eks gitaris Base Jam, Adnil dan 4 personel lainnya yang bernaung di bawah POS Entertainment pimpinan Dhani Pete membuka sayembara mencari seorang vokalis. Setelah melalui sejumlah seleksi dalam Reinkarnasi, terpilihlah Elda. 

Bersama Adnil, Didit Saad (gitar), Erwin (bass), Ronald (drum) dan Angga (kibor), Elda merilis satu album penuh bertajuk Evolution. Album berisi 11 lagu ini, menghidangkan warna musik anak muda yang tidak terbelenggu pada genre musik apa pun. 

Kebebasan yang dibungkus dengan bebunyian masa kini menghasilkan citarasa rock n' roll rapi dan manis, sedikit nyeleneh dan menghibur.

Para personel eVo memiliki latar belakang selera musik dan karakter berbeda-beda. Mereka lantas merangkum, menyatukan, dan mengawinkan segenap elemen musik rock dalam satu warna baru ala eVo.

Usai eVo bubar, Elda mengibarkan bendera Stars and Rabbit di Yogyakarta pada 2011. Bersama gitaris Adi Widodo, Stars and Rabbit menggunakan pendekatan do-it-yourself (DIY) untuk menulis dan merekam lagu. 

Musik yang diusung duo ini merupakan persilangan antara pengaruh pop dan folk. Sejak awal eksis, Stars and Rabbit sudah menulis lirik berbahasa Inggris di mana salah satunya melahirkan lagu Worth It.

Lagu ini kemudian dirilis melalui iTunes yang membuat Stars and Rabbit semakin menggebrak di industri musik Tanah Air. Ditindaklanjuti dengan album mini Live at Deus dan album penuh Constellation, mereka lantas sibuk keliling dunia.

Namun, semakin tinggi pohon semakin kencang pula anginnya. Pada 12 November 2019, Adi mundur dari Stars and Rabbit. Posisinya digantikan Didit Saad, mantan rekan Elda di band eVo. Bersama tandem baru tapi lamanya, Elda merilis audio dan video musik Little Mischievous pada awal 2020.

Guyuran komposisi dalam lagu ini lebih rock dan penuh gairah. Ya, babak baru Stars and Rabbit telah dimulai. Sebelumnya, Stars and Rabbit meluncurkan album kolaborasi bersama Bottlesmoker bertajuk Pieces That Fit.

Elda dan Didit melepas album yang paling ditunggu-tunggu penggemar, Rainbow Aisle pada 26 Februari 2020. Pada hari yang sama, mereka juga mendaulat Naked King sebagai single ketiga album tersebut.

Proses kreatif album ini bisa dibilang berbeda dibandingkan dengan album sebelumnya. Mengabadikan momen perjalanan Elda dan Didit selama beberapa bulan sebelumnya, proses produksi album ini memakan waktu kurang dari tiga bulan.

Rekamannya tersebar di beberapa tempat antara Jakarta dan Amsterdam, di sela-sela waktu perjalanan yang mereka tempuh dan menjadikan keterbatasan ruang sebagai area kreatif, di antaranya ruang tamu, kamar, loteng apartemen, studio dan di manapun mereka merasa nyaman untuk merekamnya. 

Berisi 12 lagu yang ditulis Stars and Rabbit, dalam album ini Didit sekaligus bertindak sebagai produser dan mixing engineer, sementara Simon Cotsworth berperan sebagai mastering engineer.

Sejumlah musisi tamu muncul di album ini, antara lain Alvin Witarsa (strings) di lagu Blue Boat Lovers, I Gusti Vikranata (drum) dalam St. Ann dan The Naked King, Andi Irfanto (drum) pada trek Little Mischievous, Anyday In The Park, Illusory Utopia, dan In The Mean Time.

Lalu ada permainan drum Raiden Soedjono (Bunga) di lagu Story of Them All, I Don’t Wish To Carry You Anymore, dan The Magician, mantra dari Arijit dalam The Magician, permainan upright bass Donny Sundjoyo dalam trek Attic No.7 dan St. Ann, pencetan kibor Vicki Unggul Bramantyo untuk lagu I Don’t Wish To Carry You Anymore, dan tim Choir.

Peluncuran album ini didukung dengan tur beberapa kota di Asia yang dimulai 19 Februari di Taipei, disusul dengan Tokyo 20 dan 21 Februari, serta di Jakarta pada 4 Maret yang bertempat di M Bloc Live House dengan dukungan dari Polka Wars dan Tashoora.

Sebelumnya, Busan masuk dalam rangkaian tur ini. Tapi setelah mengikuti perkembangan regulasi dari pemerintah Korea Selatan karena mulai merebaknya pandemi COVID-19, pihak manajemen dan venue membatalkan acara tersebut.

Lalu, pemerintah Indonesia mengakui keberadaan COVID-19 pada bulan Maret. Praktis, kegiatan panggung Stars and Rabbit merosot drastis. Elda dan Didit lebih banyak di rumah. 

Untuk menandai peluncuran NME Asia, Stars and Rabbit memberikan penampilan  pertama dari rumah selama pandemi dalam NME Home Sessions pada Agustus 2020. Memainkan tiga lagu dari album Rainbow Aisle dari ruang tamu mereka yang nyaman di Jakarta: Illusory Utopia, In The Meantime dan Naked King mengalun klimkas.

Stars And Rabbit memang dicintai penggemarnya di Asia karena pertunjukan live-nya yang menarik. Tapi, penampilan mereka yang tanpa dukungan band atau produksi panggung pun tak kalah menawannya. 

Berbekal laptop, gitar, dan pedalboard, Didit menyuguhkan instrumentasi yang catchy, bertekstur, dan sesekali solo. Sementara Elda bernyanyi dan menari diiringi musik upbeat. Dan dia cuma mengenakan daster sambil nyeker