Menyambut Versi Anyar <i>Fearless</i>, Album Taylor Swift yang Penuh Keraguan, Konflik Sekaligus Kebahagiaan
Taylor Swift (Twitter @taylorswift13)

Bagikan:

JAKARTA - Penyanyi Taylor Swift merilis lagu Love Story (Taylor’s Version) pada Jumat, 12 Februari. Lagu ini diluncurkan hanya sehari setelah Swift memberikan pengumuman kejutan lewat acara Good Morning America.

Swift juga mengungkap melalui media sosialnya bahwa album Fearless (Taylor’s Version) bakal hadir dalam waktu dekat. Pengumuman ini muncul bersamaan dengan peluncuran audio dan video lirik Love Story (Taylor’s Version).

Sesungguhnya, ini bukan kabar baru bagi penggemar. Diketahui, beberapa bulan lalu, Swift memiliki rencana untuk merekam ulang materi lamanya: self titled, Fearless, Speak Now, Red, 1989, dan Reputation.

Enam album ini adalah materi Swift saat dia masih berada di bawah naungan label rekaman Big Machine Records. Sedikit informasi, Swift dan label rekaman lamanya berseteru setelah pada 2019 label ini dibeli Scooter Braun seharga 300 juta dolar AS.

Selang dua bulan, Swift menyatakan ia akan merekam ulang materi lamanya. Meskipun sempat dilarang menyanyikan lagu lamanya, Swift akhirnya bisa menyanyikan medley rilisan lamanya di American Music Awards 2019.

Kini, setelah sejumlah pernyataan, Taylor Swift siap menyapa penggemar dengan album barunya. “Seorang seniman harus memiliki karya mereka sendiri karena berbagai alasan, tetapi yang paling jelas terlihat adalah seniman adalah satu-satunya orang yang mengetahui karya itu.”

Fearless (Taylor’s Version) berisi 26 lagu dengan tambahan enam lagu yang tidak lolos ke album sebelumnya.

Lagu Love Story (Taylor’s Version) terdengar tidak jauh berbeda dengan versi lamanya. Hanya saja ada beberapa detail yang tajam seperti permainan gitar elektrik, biola, dan banjo tampil dengan kuat.

Vokal Taylor Swift juga jauh lebih matang dari versi sebelumnya. Terlihat proses pendewasaan yang terjadi juga mempengaruhi suaranya.

Fearless

Mungkin banyak yang bertanya, mengapa dari enam album lamanya, Swift memilih album Fearless yang dirilis 13 tahun lalu. Ini adalah album Swift yang mendulang angka penjualan paling besar dari seluruh diskografinya.

Ia menulis seluruh lagunya di masa remaja. Penyanyi kelahiran 13 Desember ini menulis lagu-lagu di dalam album ini di tengah promosi album perdananya. 

Melalui Fearless, Swift juga mulai menapaki diri sebagai penyanyi pop country yang memperkenalkan genre tersebut secara lebih luas. Setiap trek dalam album ini juga mempunyai inspirasi atau cerita sehingga menjadikan Fearless album yang solid.

Mulai dari Love Story yang terinspirasi dari kisah Romeo dan Juliet, Hey Stephen tentang Stephen Barker Liles, Forever & Always tentang hubungannya dengan Joe Jonas dari Jonas Brothers dan lainnya. Swift menampilkan era Fearless sesuai dengan karakter dan kepribadiannya.

Album ini menjadi masa remaja Taylor Swift yang dipenuhi keraguan, konflik, dan kebahagiaan. Karena Fearless, Swift mendapat sejumlah penghargaan termasuk dua penghargaan Grammy Award untuk Album of the Year dan Best Country Album.

Di tahun yang sama, dia berkolaborasi dengan nama-nama besar seperti John Mayer dan Boys Like Girls serta mengisi soundtrack film Hannah Montana: The Movie dan Valentine’s Day. Swift juga ikut menulis lagu untuk kolaborasinya.

Salah satu yang fenomenal adalah ketika Swift menerima penghargaan Best Female Video di MTV Video Music Awards 2009. Penyanyi rap Kanye West menghentikan pidato Swift dengan berkata kepadanya bahwa Beyonce lebih layak mendapat penghargaan ini.

Kejadian yang dialami Swift itu membuat relasinya dengan West tidak berjalan baik hingga sekarang. Tetapi, pemain film Cats itu sudah melepas semua masalahnya dan belajar mengapresiasi dirinya.

Fearless adalah album yang penuh dengan keajaiban dan rasa ingin tahu, kebahagiaan dan kehancuran masa muda. Ini adalah diary petualangan dan eksplorasi seorang remaja yang mempelajari hal kecil dengan setiap celah baru di akhir dongeng yang ia tunjukan di film,” katanya dalam pernyataan.

Dukungan Penggemar

Swifties - sebutan penggemar Swift - adalah kelompok penggemar yang loyal terhadap sang idola. Mereka mendukung setiap suara Swift termasuk ketika Swift meminta mereka untuk mengabaikan rilisan lamanya (yang menjadi milik Scooter Braun) dan mendengarkan karya baru yang dimilikinya.

Hasilnya, Lover menjadi album yang paling banyak dijual di tahun 2019, Folklore didengarkan lebih dari 1,6 milyar di Spotify, dan Evermore sudah didengar 700 juta kali sejak dirilis pada 11 Desember 2020 dan album fisiknya terjual lebih dari satu juta keping dalam satu minggu perilisan.

Mengapa Swift harus merekam album lamanya? Hal ini berkaitan dengan kepemilikan. Saat ini, rilisan album lamanya menjadi milik Braun walaupun lagunya dinyanyikan Swift.

“Ini yang terjadi ketika Anda menandatangani perjanjian di umur 15 tahun dengan seseorang yang menganggap ‘loyalti’ adalah konsep kontrak. Dan ketika pria tersebut mengatakan ‘musik punya nilai’, yang dimaksud dengan nilai adalah seorang pria yang tidak memiliki kaitan dalam membuatnya (musiknya)."

Swift memilih merekam ulang sehingga dia bisa mengklaim rilisan lamanya, yaitu dengan menambahkan “Taylor’s Version”. Meskipun hal ini tidak mengubah status rilisan lamanya, tetapi Swift memegang kontrol versi barunya.

Dan sepertinya, Swifties mendukung karya baru Taylor Swift meski tidak sepenuhnya baru. Lagu Love Story (Taylor’s Version) meraih posisi pertama di tangga musik Amerika Serikat sesaat setelah dirilis.

Tagar #LoveStoryTaylorsVersion juga berada di nomor satu media sosial Twitter dan video liriknya sudah disaksikan 9,7 juta.