JAKARTA - Festival musik IKLIM Fest akan digelar di Monkey Forest, Ubud, Bali pada Sabtu, 4 November. Gelaran ini juga bertepatan dengan perilisan sonic/panik, album kompilasi dari 13 musisi ternama Indonesia tentang bumi dan krisis iklim.
Musisi yang terlibat dalam sonic/panic akan tampil membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri di atas panggung musik untuk pertama kalinya. Mereka adalah Endah N Rhesa, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuantigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Made Mawut, Nova Filastine, Guritan Kabudul, Kai Mata, Rhythm Rebels, dan Prabumi.
Demi mewujudkan festival musik ramah lingkungan, akan diterapkan reuse protocol atau protokol guna ulang untuk mengurangi sampah sekali pakai yang biasa dihasilkan di banyak festival musik.
“Sampah erat kaitannya dengan isu perubahan iklim. Tidak hanya saat sudah menjadi sampah, plastik sudah menyumbangkan emisi sejak dari proses ekstraksi. Pencegahan sampah plastik bisa dilakukan di mana saja, termasuk kegiatan umum seperti festival musik,” kata Tiza Mafira dalam keterangannya, Jumat, 3 November.
Selain itu, IKLIM Fest akan memanfaatkan energi terbarukan yang berasal dari energi surya sebagai salah satu sumber tenaga yang menghidupkan panggung-panggung musiknya.
“Sound dan lighting panggung sebagian akan menggunakan tenaga surya. Tujuannya untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari acara ini,” ujar Gede Robi dari Band Navicula.
BACA JUGA:
“Dengan menerapkan langkah-langkah ini, harapannya bisa jadi inspirasi buat festival atau konser musik lain bahwa kita bisa bikin event besar tapi tetap ramah lingkungan,” lanjutnya.
Nantinya, pengunjung juga akan mendapat bibit pohon secara cuma-cuma untuk mereka bawa pulang dan tanam sebagai langkah untuk mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan (carbon offsetting) dari perhelatan ini.
Selain gelaran musik dan membangun kesadaran akan krisis iklim, IKLIM Fest diharapkan dapat menjadi contoh pagelaran musik yang lebih ramah lingkungan.