Misteri Kematian Brian Jones yang Lahir Hari Ini 78 Tahun Lalu
Brian Jones (TWitter @LazyStardust1)

Bagikan:

JAKARTA - Sekitar tengah malam, Brian Jones, gitaris The Rolling Stones berenang karena kepanasan. Sebelumnya ia minum alkohol hingga mabuk bersama pacarnya, Anna Wohlin. Janet Lawson, seorang perawat di rumahnya sudah memperingatkan Jones agar tidak berenang. Tetapi peringatan itu  tidak dihiraukan. 

Tak lama, Jones tenggelam di dasar kolam. Wohlin bergegas masuk ke dalam kolam memberikan bantuan pernapasan, namun terlambat. Jones meninggal di dasar kolam renang di rumahnya di Hartfield, East Sussex pada 2 Juli 1969 dalam usia 27 tahun. Sampai kini, tepat di hari kelahirannya 78 tahun lalu,  penyebab kematian Brian Jones masih diselimuti misteri.

Dilansir dari berbagai sumber, Jones merupakan seorang multi-instrumentalis. Klarinet, saksofon, gitar, dan piano tak tanggung-tanggung dikuasainya. Sempat bergabung dengan band bernama The Ramrods, pada 1962 Jones pergi ke London dan memulai upaya membentuk band sendiri. Daya tarik Jones sebagai musisi andal, atraktif, sekaligus tampan memudahkan dirinya merekrut Charlie Watts (drum), Mick Jagger (vokal), Keith Richard (gitar), dan Bill Wyman (bass) kala membentuk band  bernama Rolling Stones. 

Sayang, di balik kepintarannya, Jones memiliki kepribadian ganda. Di satu sisi ia bisa sangat tidak menyenangkan, tetapi juga berwibawa, di sisi lain ia bisa kasar.

Misalnya saja pada usia 14 tahun, Jones menghamili seorang perempuan dan di saat bersamaan ia memacari istri orang. Sifat inilah yang kelak Jones bawa saat pertama membentuk Rolling Stones. Ia selalu mengatakan; “Saya yang memimpin Stones dan menerima bayaran lebih besar.” Sebuah pernyataan dari seorang yang menyandang beban emosional dan psikologis yang berat, yang membuat penderitaannya tak pernah berhenti. Kata Watts, “Brian terlalu berambisi menjadi pemimpin kami. Padahal dia tak mampu memimpin.”

Jagger menambahkan, beban terberat ambisi Jones adalah menjadi vokalis. Ia cemburu pada Jagger karena vokalis selalu jadi pusat perhatian dan Jones tidak suka dengan kondisi ini. Alhasil kondisi psikologisnya terus memburuk hari demi hari. Jones makin sering mabuk dan memakai narkoba, lebih-lebih saat penggemar mulai mengalihkan perhatian kepada Jagger. Jones menerima dengan sikap negatif tanpa alasan jelas.

Tercatat sepanjang tahun 1964 dan 1965 dua kali Jones melakukan percobaan  bunuh diri karena merasa tidak punya harga diri lagi. Kontribusi Jones terhadap Rolling Stones makin menurun apalagi setelah pacarnya, Anita Pallenberg berpaling ke pangkuan Keith Richards, Jones makin terjebak narkoba.

Pada Oktober 1967, Jones sangat berpotensi bunuh diri. Setahun kemudian Jones praktis absen di studio hingga akhirnya dianggap tidak penting lagi dalam band. Juli 1969 Stones berencana melakukan konser gratis di Hyde Park dan Jones tahu bakal dipecat. “Saya yakin dia memilih mati ketika kami memecat dia,” ungkap Watts.

Stones akhirnya merekrut Mick Taylor sebagai pengganti Jones. Jones sempat masuk klinik di London dan dinyatakan menderita penyakit paranoid. Dalam masa perawatan psikologisnya, Jones membeli sebuah rumah di Cotchford Farm di dekat Sussex. Jones ditemani sopir Richards, Tom Keylock dan juga tukang-tukang yang merenovasi rumahnya yang juga sering dipekerjakan oleh Richards.

Jagger maupun Watts secara rutin mengunjungi Jones, yang ketika itu sedang sibuk untuk membuat band baru bersama Alexis Korner, Mitch Mitchell, John Mayall, dan Steve Winwood.

Misteri Kematian Jones

Larut malam pada 2 Juli 1969, Jones berenang di kolam yang dilengkapi dengan alat pemanas. Tidak ada yang menemani dia ketika itu sampai Jones ditemukan tewas mengambang di kolam. Menurut polisi kala itu, tenggelam menjadi penyebab kematian Jones. Namun hasil otopsi memperlihatkan hati dan jantungnya membengkak karena penggunaan narkotika dan alkohol secara berlebihan.

Hasil pemeriksaan urine menunjukkan adanya unsur amphetamine dan diphenhydramine yang terdapat dalam pil Mandrax. Di pinggir kolam renang, ada alat bantu penyedot untuk dipakai jika terjadi serangan asma. Namun, keterangan dokter yang melakukan otopsi membantah Jones meninggal dunia karena serangan asmatik. Sampai kini, banyak rilisan buku yang berspekulasi mengenai kematian Jones tersebut.

“Menurut saya dia memang dibunuh,” kata Terry Rawlings, salah satu penulis. Rawlings menulis bukunya antara lain berdasarkan pengakuan Frank Thorogood, salah seorang teman Jones. Sebelum meninggal tahun 1994, Thorogood membuat pengakuan mengejutkan tersebut kepada Keylock si tukang yang ikut merenovasi rumah Jones. 

Teori-teori konspirasi itu berkembang antara lain karena polisi tidak melakukan penyidikan yang memadai. Keith Richards sendiri tadinya tidak yakin Jones mati tenggelam karena rekannya itu perenang andal. Meskipun begitu, menurut Richards, mungkin saja Jones mati dibunuh.

Namun pada akhir Agustus 2009 lalu kepolisian Sussex membuka kembali kasus kematian Jones setelah harian The Mail mengungkapkan ditemukannya bukti baru Jones kemungkinan justru dibunuh Frank Thorogood! Polisi kembali memeriksa sekitar 600 dokumen yang diserahkan wartawan The Mail, Scott Jones, yang selama empat tahun menyelidiki kematian Jones. Scott Jones mengandalkan hasil temuannya dari wawancara dengan Janet Lawson, perawat yang yang menemukan Jenazah Jones.

Lawson mengaku melihat Thorogood melakukan sesuatu terhadap Jones. Ia  yakin, Thorogood - yang meninggal tahun 1994 - saat itu membunuh Jones. Kesaksian Lawson didukung laporan polisi pertama yang tiba di rumah Jones, Albert Evans. Menurut Evans dia berbicara dengan semua saksi beberapa jam setelah kematian Jones dan menyimpulkan Jones tewas menyusul terjadinya perkelahian dengan Thorogood.

Bukti lainnya, Bob Marshall menyatakan adanya tiga saksi yang dibiarkan pergi meninggalkan TKP tanpa ditanyai polisi. Sepanjang hidup hingga kematiannya Brian Jones nampaknya tidak selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Seperti judul lagu Rolling Stone, You Can't Always Get What You Want.

Film dokumenter Brian Jones

Dudeski/Chip Baker Films baru saja merilis Rolling Stone: Life and Death of Brian Jones. Menindaklanjuti  pemutaran perdana dunia yang sukses pada 16 Desember lalu di Regent Street Cinema, London, pemutaran terbatas satu malam dijadwalkan di sejumlah bioskop terpilih di seluruh dunia. 

Ini adalah dokumenter pertama yang berfokus pada pendiri dan leader orisinal Rolling Stones. Menurut siaran pers resminya, film ini akan menampilkan kemunculan Jones sebagai ikon rock dan pemimpin band, gaya hidup dan reputasinya yang berlebihan sebagai anak nakal rock and roll sesungguhnya. 

Terakhir, film ini membahas kematian kontroversial Jones; "Selama 50 tahun terakhir banyak teori muncul, mengklaim bahwa Brian dibunuh dan ditutup-tutupi, ketika film ini ditemukan - bukti untuk ini sangat menarik," lanjut penjelasan dalam siaran pers tersebut. 

Tonton trailer dari Life and Death of Brian Jones di bawah ini, dan intip daftar lengkap tanggal pemutaran filmnya. Apakah bioskop Indonesia termasuk di dalamnya? 

Tanggal tayang dan lokasi:

8 & 12 Maret – Birmingham – The Electric

12 Maret – Buenos Aires – Strummer

18 Maret – Charlottesville – Violet Crown

18 Maret – Santa Fe – Violet Crown

19 Maret – Liverpool – British Music Experience

20 & 21 Maret – London – DocHouse

25 Maret – Austin – Violent Crown

27 & 28 Maret – Derby – Quad

28 Maret – Kristiansand – Cinemateket

4 April – Hastings – Electric Palace Cinema

8 April – Minneapolis – Trylon Cinema