Bagikan:

JAKARTA - Yayasan Anugerah Musik Indonesia telah mengumumkan nominasi dari 62 kategori yang dihadirkan pada AMI Awards 2023. Pengumuman pemenang akan dilakukan pada 8 November mendatang.

Dari 62 kategori, Kategori Artis Jazz Terbaik cukup menarik untuk diperhatikan. Ada lima artis yang terpilih menjadi nominasi, baik itu perseorangan, grup maupun kolaborasi.

Kemunculan nama Natasya Elvira, penyanyi jazz muda yang terpilih jadi nominasi dalam kategori tersebut bahkan cukup menarik untuk dibahas. Hal tersebut membuat tim VOI menghubunginya untuk melakukan wawancara.

Natasya Elvira yang lahir di Jakarta pada 4 Februari 2001, beberapa kali terlibat dalam proyek musik kolaborasi. Hingga akhirnya dia merilis EP Lucky to Be Young pada 9 Juni 2023.

Bukan karena karyanya yang masih terbilang sedikit, yang membuat tim VOI tertarik untuk mewawancarainya, melainkan kenyataan bahwa Natasya Elvira lebih dikenal sebagai penyanyi reguler di kafe atau kelab serta pernikahan.

Pertemuan Natasya Elvira dan tim VOI pada awal Oktober ini terjadi di salah satu hotel mewah di Jakarta Pusat. Saat itu, dia bersama beberapa musisi baru selesai mengisi acara pernikahan.

Ketimbang tampil di event atau festival musik, Natasya Elvira memang lebih sering bermain di kafe, kelab dan acara pernikahan. Dalam satu bulan, dia mengaku bisa tampil sebanyak 15 kali.

Simak wawancara VOI dengan Natasya Elvira terkait nominasi AMI Awards 2023 dan aktivitasnya sebagai penyanyi kafe.

Natasya Elvira (Foto: Istimewa)

Selamat sudah terpilih jadi nominasi AMI Awards 2023 untuk Kategori Artis Jazz Terbaik. Bagaimana perasaan Anda?

Pastinya senang banget dan nggak nyangka kalau bisa masuk nominasi. Ini jadi penghargaan sendiri buat aku yang baru rilis EP perdana di Juni lalu.

Kebetulan tahun ini pertama kali banget masukin ke AMI, pertama kali juga bikin EP dan syukurnya langsung masuk. Aku juga nggak nyangka bisa terpilih dari ribuan karya yang mendaftarkan diri. Bukan Cuma itu, aku juga dikasih tahu kalau bakal tampil di Malam Anugerah tanggal 8 November nanti. Jadi, senang banget.

EP Lucky to Be Young dirilis sebulan sebelum pendaftaran karya ditutup, apakah itu jadi strategi yang dipersiapkan sebelumnya?

Kebetulan memang perjalanan dari awal banget kita bikin EP Lucky to Be Young ini dari Januari 2023, salah satu tujuan kita adalah AMI.

Aku pengin banget masukin ini ke AMI buat memperkenalkan ke masyarakat Indonesia kalau ini loh jazz, musik yang sebenarnya enak didengar. Sekalian untuk menambah khazanah musik jazz Indonesia yang autentik atau traditional jazz yang mood-nya kayak standard jazz.

Natasya Elvira (Foto: Istimewa)

Melihat nama-nama lain di Kategori Artis Jazz Terbaik, bagaimana Anda melihat potensi untuk keluar sebagai pemenang?

Waduh, kalau itu saya nggak berani ngomong, nggak tahu juga. Soalnya kan kita sebagai musisi nggak berkuasa atas penentuan pemenang, itu mutlak di pihak AMI. Dan masyarakat umum juga nggak bisa kasih voting gitu kan, jadi ya kita saling support aja lah, karena kebetulan saling kenal juga sama nominasi lain.

Mengingat Anda jadi salah satu nominasi muda, bagaimana tanggapan musisi lain yang juga masuk nominasi?

Kalau sama mereka sih, kita saling ucapin selamat aja di Instagram. Ya aku kasih selamat ke mereka semua. Kebetulan sama nominasi lain juga pernah main bareng dan ngerjain proyek musik bareng. Nggak Cuma yang masuk nominasi, teman-teman musisi jazz lain juga banyak yang nge-post di medsos. Jadi, ya sebatas itu aja.

Jika disandingkan dengan nominasi lain, Anda satu-satunya solois yang terpilih. Apakah bisa dibilang bahwa saat ini Natasya Elvira representasi solois jazz Indonesia?

Wah, kalau itu bingung juga sih. Banyak banget penyanyi jazz Indonesia yang jadi inspirasi aku juga sebenarnya. Jadi, aku nggak bisa bilang kayak gitu juga. Cuma, memang penyanyi jazz di Indonesia itu kan jarang, karena musiknya segmented banget, peminatnya juga nggak banyak, walaupun di tahun ini berkembang. Aku rasa di tahun ini jazz lagi naik, karena banyak juga yang bilang kayak gitu. Banyak juga musisi-musisi jazz yang akhirnya berani berkarya dan main musik jazz. Mungkin ya karena sedikit kompetitornya, jadi terlihat seperti itu. Tapi kalau dibilang sebagai representasi kayaknya harus lebih kerja keras lagi kedepannya.

Mengingat kali ini pertama kalinya nama Anda muncul di AMI Awards dan mungkin saja banyak yang belum mengenal nama Natasya Elvira, bagaimana pendapat Anda?

Ya mungkin dari nominasi lain, saya yang paling nggak dikenal sama orang.

Natasya Elvira (Foto: Istimewa)

Mengingat Anda juga lebih banyak bernyanyi di kafe dan acara pernikahan, bagaimana Anda menanggapi penilaian orang yang menganggap seorang Natasya Elvira belum layak dinominasikan?

Aku rasa itu wajar, nggak apa-apa juga, kebetulan nyanyi di kafe dan wedding itu masih jadi main income aku. Ya aku mencoba untuk berkarya secara orisinal, karena tujuan utama aku bermusik pengin banget menyampaikan cerita atau memberi inspirasi, khususnya lewat lagu So Lucky to Be Young ini, supaya anak-anak muda lebih berani melakukan hal-hal yang mungkin dirasa tidak mungkin atau out of the box, atau lebih berani bereksplorasi dan nggak cuma berdiam di zona nyamannya.

Penyanyi kafe masih sering dianggap remeh dibandingkan mereka yang sudah punya karya orisinal, bagaimana Anda menanggapi itu?

Mungkin ada penilaian seperti itu, tapi karena aku hidup di situ, jadi mungkin aku nggak terlalu banyak dengar stigma seperti itu, karena orang juga nggak ada yang ngomong langsung juga, karena aku juga salah satu orang dari industri kafe dan wedding itu. Tapi balik lagi, memang setiap musisi jalannya berbeda-beda kan, ada musisi yang jalannya langsung terjun dan punya karya orisinal, tapi ada juga yang udah terjun main musik duluan sebelum punya karya orisinal dan akhirnya nyaman di situ. Ya balik lagi ke tujuannya bermusik sih.

Untuk Anda sendiri, kenapa masih main di kafe dan acara pernikahan? Bukankah Anda sudah punya karya orisinal?

Ya karena memang sekarang aku posisinya tulang punggung keluarga juga, dan dapat uangnya kebanyakan dari nyanyi di kafe dan wedding.

Jadi, ibaratnya kalau di dunia kantoran, aku itu orang yang masih jadi karyawan tapi sambil membangun bisnisnya sendiri.

Apa perbedaan yang Anda rasakan saat membawakan lagu sendiri ketimbang menyanyikan lagu orang lain di kafe atau acara pernikahan?

Kalau bawain lagu sendiri itu lebih passionate kali ya. Karena kan penginnya pesan yang aku tulis di lagu itu, yang aku tulis sendiri, yang benar-benar pengin aku sampaikan itu akhirnya bisa didengar sama orang-orang.

Kalau cover lagu atau nyanyi lagu orang lebih kayak service pendengar. Misalnya kayak lagi nyanyi di wedding, ya aku pengin pengantin merasakan hari pernikahannya jadi lebih indah aja, dengan mendengar lagu-lagu yang mereka suka.

Berkaca dari kisah Anda, penyanyi kafe yang punya karya orisinal dan kemudian menjadi nominasi AMI, seberapa penting Anda melihat penyanyi dan musisi kafe juga punya karya orisinal?

Balik lagi ke tujuan bermusiknya. Kalau dia cukup dengan bisa main musik dan kebutuhannya sudah tercukupi dengan main musik kayak gitu dan tidak ada keinginan punya karya orisinal, menurut aku itu sah-sah aja kalau mereka tetap menjalani profesi itu. Tapi kalau misalkan dia punya tujuan untuk menginspirasi banyak orang atau sampai mengubah dunia, kayaknya harus mulai berkarya. Yang jadi masalah, banyak banget teman-teman yang sampai sekarang bareng main sama aku di kafe dan wedding, dan mereka kepingin banget punya karya orisinal tapi nggak berani karena takut modalnya nggak balik, atau nggak punya waktu karena mau fokus sama yang ada duitnya dulu aja. Soalnya kalau berkarya kan pasti yang dikorbankan uang dan waktu, ya mungkin banyak yang terjebak sama keadaan itu, nggak bisa mengorbankan waktu dan uangnya. Jadi, menurut aku kalau pengin berkarya, please just do it. Kayak zaman sekarang, dari voice note aja udah bisa jadi lagu. Jadi, mulai dulu aja, mulai dari yang kecil.