Bagikan:

JAKARTA - Empat bulan lamanya Indahkus berada di Cina untuk mengasah kemampuan musiknya lewat program survival show E-Pop Unity. Saat ini, ia sudah kembali ke Tanah Air.

Meski dapat dikatakan cukup sukses karena berhasil menembus babak final, perjalanan Indahkus di program tersebut tidak mudah sama sekali.

Penyanyi lulusan kuliah kedokteran itu merasakan perbedaan yang membuatnya alami gegar budaya. Bahkan sempat terpikir untuk mengakhiri perjuangannya lebih awal.

“Aku masih ingat dua minggu pertama itu aku sempat nangis terus karena aku kesal, karena aku nggak ngerti, karena aku benar-benar nggak bisa bahasa mandarin,” ungkap Indahkus melalui pesan suara kepada VOI pekan lalu.

“Jadi, benar-benar baru datang dan aku baru belajar bahasa mandarin. Aku nggak ngerti sama sekali, aku sama sekali nggak bisa baca aksara mandarin, jadinya kesal,” lanjutnya.

Adapun, tekad yang kuat untuk bisa menjadi musisi dan penampil yang lebih baik membuat Indahkus tetap bertahan. Selepas program tersebut, ia pun sempat tampil dalam beberapa acara di Cina.

“Tapi setelah melewati itu dan menjalaninya, aku jadi merasa bersyukur dan senang banget akhirnya bisa melewati itu. Kebayang nggak kalau misalnya aku balik ke Indonesia dan ngelewatin fase-fase itu, kayaknya aku nggak bakal dapat banyak pengalaman,” tutur Indahkus.

Penyanyi asal Bandung itu bahkan merasakan sistem pelatihan yang dilalui telah membuatnya menjadi penyanyi yang lebih komplit.

“Dari segala macam training yang udah aku dapat, aku merasa bisa bernyanyi lebih baik lagi, bisa jadi penampil yang lebih baik lagi, bisa ngebawa panggung lebih baik juga, dan bisa membuat lagu secepat kilat tapi kualitasnya tetap terjaga,” kata Indahkus.

“Yang kayak gitu-gitu juga mungkin aku nggak pernah tahu, kalau ternyata songwriting skill aku itu bisa diasah sampai sini loh, hasil dari training di program ini,” pungkasnya.