JAKARTA - Sejumlah festival musik di Indonesia terancam batal digelar hingga akhir tahun 2022. Hal ini merupakan dampak dari kapasitas kerumunan dari acara Berdendang Bergoyang pekan lalu.
Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) membenarkan kemungkinan tersebut. Pasalnya, karena kejadian Berdendang Bergoyang, banyak izin konser yang mulai terhambat pengeluarannya.
“Kondisinya memang kurang lebih seperti itu,” kata Emil Mahyudin selaku Sekjen APMI pada hari ini, Kamis, 3 November.
Beberapa konser yang akan berjalan pada bulan ini mulai mengalami kendala dalam mendapatkan izin penyelenggaraan. Emil mengaku ada beberapa promotor yang mulai berkomunikasi dengan APMI menyoal kendala.
“Sekarang kita dalam kondisi penuh ketidakpastian. Apakah izin itu boleh jalan? Kalau pun boleh bagaimana, apakah tidak boleh jalan? Apakah boleh di indoor, apakah boleh di outdoor? Apakah boleh sampai 12.00 malam? Sekarang tuh lagi penuh ketidakpastian," lanjutnya.
BACA JUGA:
“Contohnya SoundsFest Bekasi yang Sabtu Minggu, Joyland Festival, dan Pasar Kaget. Belum lagi yang pensi, korporat,” kata Emil.
Pertimbangan yang terhambat itu terdiri dari kapasitas penonton hingga tempat venue yang menyesuaikan dengan penonton. Diketahui salah satu kasus Berdendang Bergoyang adalah kapasitas penonton yang melebihi jumlah laporan.
Oleh karena itu, pihak APMI berharap pihak berwajib tidak menggeneralisir seluruh konser dan promotor.
"Nah kan kita nggak mau ya misalnya contohnya lagi kejadian di sepakbola misalnya disamakan dengan kejadian di konser, karena konser itu dia punya SOP. Orang masuk juga semua dicek dengan sangat baik, kita punya crowd control, dan kita sendiri juga waktu itu kan bareng sama Kemenparekraf sudah menyusun CHSI Event, jadi standar prosedur pelaksanaan event gitu," kata Emil.
“Sekarang ini kami melakukan advokasi tapi kami berharap semua bisa bergabung dengan APMI agar punya satu kesamaan,” kata Emil lagi.