JAKARTA - Pada 19 Oktober 2001, sebanyak 353 pencari suaka tewas tenggelam di Samudera Hindia, tepatnya perairan antara Indonesia dan Christmas Island, Australia. Beberapa orang yang selamat diselamatkan oleh kapal nelayan Indonesia 20 jam kemudian.
Penumpang kapal berasal dari Irak, Iran, Afghanistan, Palestina dan Aljazair. Mereka melarikan diri untuk menyelamatkan diri dari penganiayaan politik, menggunakan hak demokrasi mereka untuk mencari perlindungan di Australia.
Tragedi ini juga dikenal sebagai SIEV-X. 'SIEV' adalah singkatan dari 'suspected illegal entry vessel' dan diberi tanda 'X' karena tidak seperti kapal lain yang diberi nomor saat mereka dicegat dan dikembalikan oleh Australia, kapal ini tak bernomor sama sekali.
Kapal tersebut berisi 421 orang yang berdesak-desakan. Mereka berangkat dari Indonesia, tepatnya dari Pulau Sumatera bagian selatan menuju Australia dengan kapal ikan yang sudah reyot. Hanya 44 orang yang selamat dari tragedi tersebut.
Salah satu dari penumpang selamat adalah seorang anak laki-laki delapan tahun yang kehilangan 21 anggota keluarganya. Menurut International Committee of the Fourth International (ICFI), berdasar bukti yang diajukan ke penyelidikan Senat Australia, pemerintah Australia terlibat secara langsung atas tragedi tersebut.
Kebijakan antipengungsi Australia
Tokoh-tokoh penting dalam politik dan militer Australia, termasuk Perdana Menteri (PM) John Howard dan komandan angkatan laut senior bersikeras pihak berwenang Australia tidak memiliki informasi jelas mengenai keberadaan kapal itu.
Karena itu titik kapal tidak diketahui. Hal yang menghambat upaya penyelamatan. Howard juga mengklaim kapal tersebut tenggelam di perairan Indonesia. Hal itu dilakukannya untuk melempar tanggung jawab kepada Indonesia.
Tetapi mantan duta besar Australia Tony Kevin memberikan bukti kepada penyelidikan Senat Australia yang menunjukkan bahwa kapal itu tenggelam di perairan internasional.
“(Kapal) itu tenggelam di Samudera Hindia, di zona pengawasan maritim Australia, dan di zona di mana kapal-kapal Australia bisa dengan sangat siap dan mudah untuk menyelamatkan,” kata Tony, mengutip SBS News.
Bukti lain yang disajikan untuk penyelidikan juga bertentangan dengan klaim PM Howard. Tenggelamnya kapal terjadi di tengah gencarnya kampanye anti-pengungsi yang diatur PM Howard untuk meningkatkan peluangnya memenangkan pemilihan federal.
Royal Australian Navy (RAN) telah diarahkan untuk melakukan pengawasan berkelanjutan di perairan internasional antara pantai barat laut Australia dan Indonesia untuk mencegat beberapa kapal pengungsi yang mencoba mencapai wilayah Australia.
Selain itu, RAN menerima laporan intelijen berulang kali tentang pergerakan kapal serta kondisinya yang tidak layak di tengah lautan. RAN juga menyampaikan laporan tersebut setiap hari kepada komite antardepartemen khusus yang dibentuk di Canberra oleh PM Howard untuk mengarahkan operasi “perlindungan perbatasan” pemerintah.
Bahkan sebelum pemilihan, desas-desus beredar menunjukkan para pelaut di Adelaide mengeluh kepada penduduk Christmas Island bahwa PM Howard dan Menteri Imigrasi Philip Ruddock berbohong terkait insiden itu. Para saksi mata dibungkam. Liputan media dicap salah sepenuhnya.
Setelah pemilihan, tudingan kampanye anti-pengungsi mulai meningkat. Partai Buruh dan Demokrat bergabung dengan Partai Hijau untuk memicu penyelidikan tenggelamnya kapal bersama Senat.
Mereka menyelidiki bagaimana kebohongan diedarkan untuk menutupi peristiwa tenggelamnya kapal, siapa yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut, serta bagaimana banyak pejabat pemerintah yang terlibat dalam upaya menutup-nutupi tragedi tersebut.
Dua orang telah dihukum atas tragedi SIEV X. Penyelundup manusia Mesir Abu Quassey, yang dipenjara di Mesir dan kaki tangannya Khaled Doaed dipenjara di Brisbane, Australia selama lima tahun.
Selain itu baru-baru ini juga ada penemuan dugaan kaki tangan lain dari operasi penyelundupan manusia dan akan diadili di Brisbane. Untuk menghormati para korban SIEV X, sebuah pohon yang diberi nama 'tree of life' ditanam pada 2004 oleh atlet Australia Betty Cuthbert.
Di semenanjung di tepi Danau Burley Griffin Canberra, bersebelahan dengan Klub Golf Royal Canberra, dibangun sebuah tugu peringatan yang didedikasikan untuk 353 korban SIEV X. Setiap tiang putihnya dicat dengan lukisan anak-anak, beberapa diberi nama dan usia korban, dan beberapa hanya diberi tanda "anak laki-laki" atau "seorang ayah tidak dikenal."
*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.