Mengenal Zubir Said, Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura dari Bukittinggi
Zubir Said (Sumber: National Archives of Singapore)

Bagikan:

Mari kita rakyat Singapura

Sama-sama menuju bahagia

Cita-cita kita yang mulia

Berjaya Singapura

JAKARTA - Penggalan lirik tersebut diambil dari lagu kebangsaan negeri singa "Majulah Singapura". Lantunan melodi yang menggugah semangat dan lirik yang menggemakan harapan warga Singapura itu digubah oleh seorang komposer asal Bukittinggi, Sumatera Barat, Zubir Said. Lantas bagaimana kisahnya ia bisa sampai ke negeri singa dan membuat lagu kebangsaan negara tersebut?

Pria yang lahir 22 Juli, tepat hari ini lebih dari satu abad lalu atau pada 1907 ini memang sudah menaruh minat pada musik sejak duduk di bangku sekolah dasar. Semasa hidupnya ia dipercaya telah menulis ribuan lagu. Namanya mahsyur sebagai pengarang lagu Melayu sejati karena pertaliannya dengan sejarah dan nilai-nilai Melayu. 

Zubir adalah seorang pemain multi-instrumen. Alat musik yang pertama kali ia kulik adalah seruling. Kemudian setelah bergabung dengan grup keroncong, ia mempelajari banyak instrumen lain seperti gitar dan drum.

Semangat mengeksplorasi musikalitasnya seolah tak pernah padam. Di usianya yang ke 21, Zubir meninggalkan Sumatera menuju Singapura. Ia yakin tempat modern seperti Singapura dapat memberi lebih untuk masa depan dunia musiknya. 

Dalam otobiografinya yang berjudul Zubir Said His Song (1990) di Singapura, Zubir bergabung dengan wayang bangsawan City Opera, kelompok opera yang para pemainnya berasal dari bangsa Melayu. Selama bekerja di teater tersebut, ia belajar membaca dan menulis musik dalam notasi Barat dengan bermain piano. 

Pada 1936 ia direkrut oleh perusahaan rekaman milik Inggris His Master's Voice (HMV) sebagai supervisor rekaman. Namanya mulai dikenal saat bekerja di sana. Namun karirnya harus berhenti sejenak saat Perang Dunia II meletus. 

Zubir sempat kembali ke Bukittinggi pada 1941. Ia bersama beberapa pemain musik dan penyanyi sempat membuat kelompok pertunjukan untuk menghibur tentara Jepang. Ia baru kembali ke Singapura pada 1947 setelah Perang Dunia II usai. 

Persembahan Zubir

Dua tahun setelah kembali ke Singapura, ia ditawari pekerjaan sebagai komposer musik untuk film-film Melayu yang diproduksi oleh Shaw Brothers. Pada 1952, ia memilih untuk bergabung dengan manajemen Cathay Keris. 

Enam tahun kemudian, mengutip laman Pemerintah Singapura ia diminta oleh Walikota Kota Dewan Singapura, tuang Ong Eng Guan untuk membuat lagu kebangsaan. Lagu itu mulanya dibuat untuk memperingati Victoria Theatre yang baru saja direnovasi. 

Majulah Singapura pertama kali dilantunkan oleh Singapore Chamber Ensemble, pada 3 Desember 1959 sebagai lagu Kebangsaan Singapura. Zubir menceritakan tingkat kesulitan ketika membuat lagu itu yang dikutip laman pemerintah Singapura. "Tingkat kesulitan pada lagu ini adalah karena melodinya yang pendek, sehingga saya harus memasukkan semua kata dengan sangat sederhana dan mudah dimenegerti untuk semua bangsa di Singapura," kata Zubir.

Zubir bilang perlu waktu lama untuk menyusun lirik lagu tersebut. "Saya harus sangat berhati-hati. Jadi saya banyak berkonsultasi dengan penulis bahasa Melayu, sehingga saya bisa menerapkan bahasa itu dengan baik namun tidak terlalu dalam dan tidak terlalu sulit," kisahnya.

Dalam sebuah wawancara pada 1967, Zubir mengatakan judul lagu "Majulah Singapura" terinspirasi dari Teater Victoria yang berusaha menangkap semangat nasionalisme warga Singapura. Ia percaya bahwa seseorang harus setia dan bangga dengan rumah mereka sendiri. 

Hal itu Zubir buktikan sendiri dengan tak menerima bayaran untuk menulis lagu kebangsaan tersebut. Penghargaan yang banyak ia terima saja sudah membuat dirinya bangga. Beberapa penghargaan itu seperti Sertifikat Kehormatan (Sijil Kemuliaan) dari Pemerintah Singapura dan Penghargaan Budaya dan Komunikasi ASEAN.