Berakhirnya Rezim Marxis Negara Ethiopia Setelah 17 Tahun Bercokol
Presiden pertama Ethiopia di era Demokrasi Meles Zenawi (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Ethiopia jadi salah satu negara yang berpindah haluan dari paham Marxis menjadi demokrasi. Setelah 17 tahun bercokol, rezim Marxis di Ethiopia digulingkan oleh Front Demokrasi Revolusioner Rakyat Ethiopia (EPRDF). 

Ethiopia mulai menerapkan sistem pemerintahan sosialis-komunis ala Marxis setelah berhasil menggulingkan Kaisar Haile Selassie pada 1974. Golongan kiri tersebut berhasil merobohkan sistem monarki, kemudian mengeksekusi ribuan lawan politiknya dan menyatukan diri dengan Uni Soviet (USSR).

Mengutip History, pada 1980-an di masa kepemimpinan Mengistu Haile Mariam, Ethiopia mulai diterpa banyak masalah. Di antaranya perang dengan Somalia dan musibah kekeringan yang mengakibatkan kelaparan bagi rakyat Ethiopia. Dari situlah konflik internal mulai tumbuh.

Misalnya saja pada 1985-1986. Seperti dikutip Britannica, mayoritas warga Eritrea dan Tigray mulai memberontak kepada pemerintah. Front-front gerakan pembangkangan terhadap pemerintah bermunculan.

Pada bulan Desember 1987, Front Pembebasan Rakyat Eritrea (EPLF) mulai melakukan pemberontakan hingga berhasil mengambil senjata dari pasukan pemerintah. Satu tahun kemudian, gerakan semakin meluas. EPLF mulai membuat aliansi serangannya dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang telah lama memperjuangkan otonomi Tigray dan untuk pemulihan kembali Ethiopia berdasarkan wilayah otonomi etnis.

Krisis itu semakin sulit dibendung. Pemerintah Uni Soviet, sebagai negara sahabat pun menolak permohonan bantuan pemerintah Ethiopia untuk mengirim lebih banyak senjata. Akibatnya pada Februari 1989 serangkaian kekalahan dari pihak pemerintah tak dapat dihindarkan.

Kedua kelompok pemberontak tersebut kemudian bersama-sama membentuk Front Demokrasi Revolusioner Rakyat Ethiopia (EPRDF). Menguatnya kekuatan mereka memudahkan pasukan mereka untuk maju ke provinsi Gonder dan Welo. 

Pada Mei 1991, pasukan EPRDF sudah menguasai Tigray, Welo, Gonder, Gojam dan sekitar setengah dari Shewa. Jelas bahwa tentara pemerintah tidak lagi memiliki moral, tenaga, senjata dan kepemimpinan yang cukup untuk menghentikan kemajuan pemberontak di Ibukota Addis Ababa.

Akhirnya, Presiden Mengistu melarikan diri ke Zimbabwe dan pada hari ini, 28 Mei, 29 tahun lalu atau pada 1991, pasukan EPRDF mengambil alih kekuasaan. Segera, setelah itu pemerintah transisi dibentuk dengan Meles Zenawi sebagai presidennya.

Zenawi mengklaim bahwa mereka akan mendemokratisasi Ethiopia melalui pengakuan heterogenitas etnis negara itu. Pada Juli 1991, konstitusi demokratis yang baru mulai dirancang dan diterapkan sampai saat ini.