JAKARTA - Pada 20 April 2010, ledakan terjadi di rig Deepwater Horizon yang terletak di Teluk Meksiko, kira-kira 66 kilometer di lepas Pantai Louisiana. Ledakan memunculkan tumpahan minyak terparah di lautan --tepatnya Teluk Meksiko-- sepanjang sejarah. Peristiwa itu dikenal dengan Deepwater Horizon oil spill.
Mengutip Britannica, rig Deepwater Horizon dimiliki dan dioperasikan perusahaan pengebor minyak lepas pantai, Transocean. Rig itu disewa perusahaan minyak, British Petroleum (BP). Sumur minyak terletak di 1.522 meter dasar laut dan meluas sekitar 5.486 meter ke dalam batuan.
Pada 20 April malam, gelombang gas alam meledak melalui inti beton yang baru dipasang oleh kontraktor, Halliburton, untuk menutup sumur yang nantinya akan digunakan. Berdasarkan keterangan dari dokumen yang dirilis oleh Wikileaks, insiden serupa telah terjadi di rig milik BP di Laut Kaspia pada September 2008.
Kedua kasus tersebut memiliki penyebab yang sama, yakni inti beton terlalu lemah untuk menahan tekanan karena memiliki campuran yang menggunakan gas nitrogen untuk mempercepat pengeringan. Setelah gas lepas melalui sela-sela retakan beton, gas alam naik ke rig Deepwater Horizon lalu meledak.
Ledakan itu menewaskan sebelas pekerja dan melukai 17 orang lainnya. Rig tersebut terbalik dan tenggelam pada 22 April pagi, memecahkan riser, mengeluarkan lumpur yang sebelumnya diinjeksikan untuk melawan tekanan minyak dan gas alam ke atas.
Tanpa kekuatan yang berlawanan, minyak mulai mengalir ke teluk. Volume minyak yang keluar dari sumur yang rusak awalnya diperkirakan oleh pihak BP sekitar 1.000 barel per hari. Namun pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa volume minyak mencapai puncaknya yaitu lebih dari 60.000 barel per hari.
Dampak
Selama tiga bulan, sumur yang tidak ditutup itu menghasilkan 300 kolam renang ukuran olimpiade minyak ke Teluk Meksiko. Hal tersebut menjadikannya sebagai tumpahan minyak terbesar dalam sejarah. Kebocoran tersebut memompa keluar minyak 12 kali lebih banyak daripada tumpahan Exxon Valdez pada 1989.
Akibat tumpahan minyak tersebut, prospek ekonomi di sekitar Teluk Meksiko sangat buruk. Tumpahan minyak mempengaruhi banyak industri yang menjadi tumpuan penduduk sekitar. Lebih dari sepertiga perairan federal di teluk ditutup untuk penangkapan ikan karena kekhawatiran akan adanya kontaminasi.
Moratorium pengeboran lepas pantai lalu diberlakukan oleh Presiden AS Barack Obama. Hal itu menyebabkan adanya sekitar 8.000–12.000 pengangguran sementara. Masyarakat yang bergantung pada pariwisata terus berjuang untuk menambah pendapatan.
Mengikuti tuntutan Obama, BP lalu mengeluarkan dana kompensasi sebesar 20 miliar dolar AS bagi mereka yang terkena dampak tumpahan minyak. Setahun kemudian hampir sepertiga dari dana telah dibayarkan.
Meski demikian, kurangnya pengawasan memungkinkan entitas pemerintah untuk mengajukan klaim yang membengkak secara liar dan tidak berhubungan dengan dampak tumpahnya minyak. Pada 2013, dana tersebut sebagian besar habis.
Saat minyak menyebar, sebagian teluk sebenarnya mulai dibuka kembali untuk penangkapan ikan. Pada Oktober 2010, sebagian besar daerah yang tertutup minyak telah dianggap aman. Pemerintah negara bagian berjuang untuk menarik perhatian turis untuk mengunjungi pantai yang tidak kotor atau yang baru dibersihkan dengan kampanye iklan, seringkali menggunakan dana dari BP.
Meski demikian, minyak terus mengalir ke darat di banyak daerah dan sebagian besar tidak dapat dihilangkan, baik karena alasan logistik atau karena membersihkannya akan menimbulkan kerusakan yang lebih besar di ekosistem. Moratorium pengeboran, yang semula direncanakan berakhir pada November 2010, dicabut pada pertengahan Oktober. Meski demikian izin pengeboran baru tidak dikeluarkan hingga Februari 2011.
Kebocoran minyak ini juga menyebabkan ribuan burung, mamalia, dan penyu tertutup dengan minyak. Ada spekulasi bahwa lonjakan terdampar dan kematian cetacea yang dicatat oleh NOAA mulai Februari 2010 semakin diperburuk oleh tumpahan tersebut.
Sebuah penelitian pada Desember 2013 terhadap lumba-lumba yang hidup di Teluk Barataria, Louisiana, menemukan bahwa kira-kira setengah dari lumba-lumba sangat sakit. Banyak yang menderita kelainan paru-paru dan adrenal yang diketahui terkait dengan paparan minyak.
Selain itu, sekitar 1.400 paus dan lumba-lumba telah ditemukan terdampar pada akhir 2015, angka yang hanya mewakili sebagian kecil dari hewan yang terkena dampak. Meskipun jumlah hewan mati mulai berkurang, penurunan kesuburan lumba-lumba secara substansial tetap terjadi. Diduga bahwa terdampar merupakan peristiwa kematian terbesar yang terjadi di Teluk Meksiko.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.