JAKARTA - Hari ini, 10 tahun yang lalu, 27 Oktober 2014, Presiden Joko WIdodo (Jokowi) melantik Ignasius Jonan sebagai Menteri Perhubungan (Menhub). Jokowi berharap Jonan dapat membawa Kemenhub berkembang pesat.
Sebelumnya, Jonan dikenal dengan kepemimpinan gemilangnya di Kereta Api Indonesia (KAI). Ia mampu membawa KAI ke arah lebih baik. Jonan mewujudkan narasi KAI yang ingin membuat pelayanan bagus dan pelanggan senang. Gebrakan Jonan kemudian diakui seisi Indonesia.
Kereta api memang dikenal sebagai andalan transportasi banyak orang. Namun, bukan berarti pelayanan KAI bagus. Pelayanan KAI justru tak pernah memuaskan. Orang-orang tetap naik kereta api karena memang tak punya alternatif lainnya. Jika alternatif itu ada, maka kereta api takkan digunakan.
Faktor yang membuat KAI jalan di tempat adalah korupsi. Narasi itu diikuti pula oleh sistem pengadaan barang yang tak transparan. Ignasius Jonan mulanya miris bukan main. Ia melihat KAI butuh perubahan besar.
Ia yang diangkat sebagai pemimpin KAI sedari 2009 mencoba melakukan gebrakan. Mulanya tiada yang meyakini manajemen KAI akan berubah. Apalagi, ide jonan dianggap muluk-muluk mengubah orientasi organisasi dari product oriented ke customer focused.
Jonan dianggap akan kelabakan karena ketiadaan dana yang besar. Jonan menganggap kritikan kepadanya sebagai angin saja. Ia terus bekerja. Ia mulai mengunjungi ke stasiun-stasiun untuk mendapatkan gambaran.
Ia merasakan sendiri bagaimana urusan kenyamanan pelanggan jadi nomor kesekian, bukan yang utama. Jonan ikut menumpang kereta api jarak jauh hingga kereta api dalam kota di Jakarta. Pemetaan itu membawakan hasil.
Jonan melakukan revolusinya dengan membuat jajaran petinggi kereta api turun ke stasiun-stasiun. Sistem piket di antara mereka pun diterapkan Jonan. Ia ingin mereka merasakan sendiri bagaimana ketidaknyamanan kereta api sehingga bisa menghasilkan kebijakan yang tepat guna.
KAI pun mulai menaikan kualitas layanannya. Stasiunnya diperbaiki, gerbongnya dibersihkan, dan kereta api dalam kota ekonomi dihilangkan. Baru setelahnya jonan menertibkan penumpang. Tiada lagi cerita penumpang naik ke atas atap kereta api.
“Terus terang agak telat, tapi ada tiga hal (yang diprioritaskan). Pertama, semua stasiun kami usahakan bersih. Stasiun di Jawa relatif bersih, Sumatera kurang tahun ini kami berkonsentrasi di Sumatera. Kedua, tertib. Kalau ngomong bersih dan tertib, sky is the limit, karena (ukurannya) kualitatif.”
“Ketiga, tahun ini sampai tiga tahun ke depan akan ada perpanjangan peron, supaya penumpang tidak menumpuk. Bikin underpass, supaya orang tidak lalu-lalang lewat rel, yang membahayakan. Stasiun akan kami perluas dan kami tambah fasilitasnya,” tulis Anandari Karina Anom dan kawan-kawan dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Ignasius Jonan: Kereta Api Adalah Etalase Indonesia (2012).
Keberhasilan Jonan memimpin KAI sampai ke telinga Presiden Jokowi yang baru saja dilantik. Harum nama Jonan mengubah KAI dianggap prestasi besar. Jokowi pun berpikir untuk memberikan Jonan pekerjaan dan kepercayaan yang lebih tinggi.
BACA JUGA:
Puncaknya Jonan diajak Jokowi bergabung sebagai Menhub. Ajakan itu disanggupinya. Puncaknya, Jonan dilantik Jokowi sebagai Menhub pada 27 Oktober 2014 di Istana Negara, Jakarta. Jokowi percaya Jonan dapat membawa angin segar bagi Kemenhub.
"Saya malam dipanggil Pak Presiden dan diajak ngobrol macam-macam termasuk salah satunya mengenai transportasi, itu saja. Ya saat itu saya langsung jawab bersedia. Saya kira kalau tanggung jawab jauh lebih besar sebagai menteri, kalau tanya enak mana, tidak relevan, kalau diamanahkan ya harus dijalani sebaik-baiknya.”
“Keluarga saya mendukung, mereka cuma ingin saya lebih baik dari sebelumnya saja. Kalau masalah jarang pulang atau tidak, ya nanti saya atur waktu buat keluarga. Saya tidak keberatan dipanggil Pak Menteri, tapi geli saja," ungkap Jonan dua hari setelah dilantik sebagaimana dikutip laman liputan6.com, 29 Oktober 2014.