Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 10 tahun yang lalu, 8 Mei 2014, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ingin bus Scania jadi standar TransJakarta. Ahok menganggap bus Scania adalah salah satu bus terbaik di dunia. Bus itu efesien, ramah lingkungan, dan berkualitas tinggi.

Sebelumnya, pemerintah DKI Jakarta pernah memberi mandat kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk mendatangkan bus untuk TransJakarta. Alih-alih bus berkualitas tinggi, bus yang datang justru bus bobrok. Kondisinya berkarat dan berkualitas buruk.

Upaya Joko Widodo (Jokowi)-Ahok memajukan sistem transportasi di Jakarta diuji. Mereka tak hanya dituntut untuk membuat orang-orang beralih menggunakan transportasi pribadi ke umum, tapi juga tertantang dalam menghadirkan transportasi umum yang berkualitas dan nyaman.

Pikiran itu didasari karena bus yang tak nyaman takkan mampu membuat seseorang beralih ke transportasi umum, utamanya TransJakarta. Langkah menyediakan bus untuk TransJakarta dilakukan.

Pemerintah memberikan mandat kepada Dinas Perhubungan untuk menjalankan proyek pengadaan bus TransJakarta antara Juli-September 2013. Mereka berencana mendatangkan total 600-an bus dari China. Dana pengadaannya tak sedikit, Rp1,5 triliun.

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur kemudian Gubernur DKI Jakarta era 2014-2017. (Antara)

Proyek itu awalnya berjalan lancar. Fase pertama kedatangan bus berjalan lancar. Total 125 bus telah didatangkan. Belakangan borok bus dari China akhirnya kelihatan. Kondisi bus justru jauh dari harapan. Banyak di antara bus dalam kondisi berkarat dan kualitas buruk.

Jokowi-Ahok pun mencurigai bus yang datang justru hasil rekondisi. Masalah itu kemudian mengundang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka mengendus ada yang tak beres dari pengadaan bus TransJakarta. KPK mulai menyelediki.

Hasilnya KPK bergerak cepat menangkap Mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono. Pemerintah DKI Jakarta pun ambil sikap. Mereka kapok dan tak ingin melanjutkan pembayaran proyek pengadaan bus dari China.

“Kami baru bayar uang muka sebesar 20 persen. Kalau importir Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) tetap melakukan penagihan, kita juga tidak akan tinggal diam. Kalau KPK kan eksternal. Kalau BPK turun jadi proses di dalam pemerintahan begitu. Kita bukan kirim surat ke KPK. Pasti kirim surat kepada BPK. Nah, hasil temuan BPK baru diserahkan pada jaksa atau polisi,” kata Ahok sebagaimana dikutip laman Republika, 5 Maret 2014.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok tak ingin kecewa dua kali. Ia tak mau bus-bus dari China digunakan untuk TransJakarta. Ahok lalu mulai mencari bus yang dianggap terbaik di dunia. Ahok pun kepincut dengan bus Scania.

Ia pun memilih menjajal Scania lebih dulu pada 8 Mei 2014. Rencananya bus Scania akan melewati rute Monas- Bundaran HI- Monas. Hasilnya Ahok mengaku puas dengan Scania. Ahok menilai bahwa Scania adalah salah satu bus terbaik di dunia. Awet pula.

Ahok mengungkap bus asal Swedia itu sudah digunakan dan dijadikan standar bus berkualitas oleh negara lain – Singapura, Malaysia, Australia, hingga Brasil. Ahok pun ingin jadikan bus Scania sebagai standar dari sistem Bus Rapid Transit (BRT) ala TransJakarta.

"Berarti masa pakainya bisa 30 tahun. Sebab itu saya bilang kamu mau tidak beli mobil yang (usianya hanya) 3-4 tahun, tidak jelas mereknya; dibandingkan dengan merek yang telah teruji, yang harganya tidak sampai dua kali lipat (dari merek yang tidak jelas itu)," kata Ahok sebagaimana dikutip laman Detik.com, 8 Mei 2014.