Bagikan:

JAKARTA - Memori hari ini, 31 tahun yang lalu, 20 April 1993, penyanyi asal Kanada, Shania Twain merilis album pertamanya bertajuk namanya sendiri: Shania Twain. Album yang diorbitkan oleh Polygram dan Mercury Records jadi pintu masuk Shania ke industri musik dunia, sekalipun gagal secara komersial.

Sebelumnya, Shania telah gemar bernyanyi sedari kecil. Bahkan, bakat bernyanyinya digunakan Shania untuk membantu ekonomi keluarga. Pucuk dicinta ulam tiba. Kemampuan bernyanyinya mampu membawa Shania merangkai mimpi jadi penyanyi pop/country kelas atas.

Kehidupan yang dilalui wanita bernama lengkap Eilleen Regina Edwards tak pernah mudah. Wanita kelahiran Windsor, Ontario, Kanada, 28 Agustus 1965 ikut merasakan deru sulitnya kehidupan. Ia merasakan bagaimana harus hidup berpindah karena orangtuanya bercerai.

Ibunya, Née Morrison kemudian membawa Shania untuk hidup dengan suami barunya, Jerry Twain. Mereka hidup di Timmins, Ontario. Nyatanya, hidup tak pernah mudah. Mereka terus hidup dalam kekurangan.

Cover depan album Shania Twain (1993). (albumism.com)

Satu-satunya hiburan bagi Shania adalah bernyanyi. Bakatnya mulai dilirik lingkungan sekitar. Shania pun sedari kecil diberikan kesempatan bernyanyi di klub. Setelahnya, empunya usaha akan memberikan persenan kepada Shania sebagai upah. Alias, bernyanyi membuatnya mampu membantu ekonomi keluarga.

Aktivitas bernyanyi di bar kian digemarinya. Shania jadi memiliki banyak relasi dan teman. Apalagi, saat ia masuk SMA. Ia mulai masuk ke berbagai band dengan membawakan lagu-lagu musisi ternama. Shania pun terus mengasah bakatnya.

Ia memiliki pelatih bernyanyi bernama Ian Garrett. Kebaikan Garrett membawa pengaruh besar bagi perjalanan karier Shania. Garret sama sekali tak menuntut bayaran berlebih atas jasanya. Kadang kala bayarannya cukup dengan Shania membersihkan rumahnya macam simbiosis mutualisme.  

Shania Twain lalu mencoba pindah ke Toronto, tapi kembali lagi ke Timmins. Di sana Shania berkerja untuk menghidupi dirinya. Siang hari bekerja beres-beres klub, malamnya bekerja dengan bernyanyi. Upaya itu membawa hasil. Banyak produser rekaman yang tertarik dengan bakat dari Shania.

Penyanyi asal Kanada, Shania Twain. (Wikimedia Commons)

“Twain terus bernyanyi di klub, dan pada tahun 1991 dia menarik perhatian produser Norro Wilson, yang membawanya ke Nashville , Tennessee, Amerika Serikat (AS) untuk merekam album pertamanya. Dia mengubah namanya menjadi Shania, yang berarti ‘Aku sedang dalam perjalanan,’ sebuah anggukan pada warisan Suku Ojibwe ayah tirinya,” tertulis dalam laman Britannica.

Ia pun memperoleh kontrak rekaman dari label Mercury Records. Rekaman album pertama dilakukannya dengan baik. Shania mempersiapkan album itu dengan materi 10 lagu. What Made You Say ThatDance with the One That Bring You, dan  You Lay a Whole Lot of Love on Me  jadi unggulan.

Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Shania dan Mercury Records sepakat merilis Album pertama Shania pada 20 April 1993. Boleh jadi album itu tak sukses secara komersial. Lagu-lagunya tak mampu menembus tanggal lagu teratas di AS atau Kanada.

Namun, album itu justru jadi jalan pembuka Shania berjumpa dengan seorang produser rekaman Robert John "Mutt" Lange. Bersama Lange yang kemudian jadi suaminya, album berikut dari Shania Twain mampu membawa namanya dikenal sebagai penyanyi kenamaan dunia dan memenangkan banyak penghargaan.

“Album-album yang menjadikan Shania sebagai ikon pop global adalah The Woman in Me (1995), Come On Over (1997), Up! (2002) — merupakan kolaborasi yang erat antara Shania dan Lange, tanpa adanya masukan dari luar dan pembagian tugas yang jelas. Dalam hal produksi, dia mengenang: Saya hanyalah papan suara bagi Lange ketika dia siap untuk saya. Alias tak banyak ikut campur kala produser mengarahkan,” terang Shania sebagaimana dikutip Jon Caramanica di laman The New York Times berjudul Shania Twain Walked Out on Top. Now She Wants Back In (2017).