Kunci Sukses Steve Jobs adalah Kegagalan
Steve Jobs (Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Nama penemu Apple, Steve Jobs digaungkan sebagai salah seorang inovator teknologi terhebat. Wajar. Sebab, Jobs berhasil merevolusi enam industri: komputer pribadi, film animasi, musik, ponsel, komputer tablet, hingga penerbitan digital. Terlepas dari sosoknya yang perfeksionis, Jobs sebenarnya banyak mengacau. Namun, justru karena kegagalan itu Jobs banyak belajar dan akhirnya menjadi salah satu tokoh ikonik teknologi abad ini. 

Dikisahkan dalam buku biografi Steve Jobs yang ditulis Walter Isaacson (2011), ibu biologis Jobs adalah Joanne Schieble yang berasal dari keluarga keturunan Jerman di pedesaan Wisconsin. Sementara, ayahnya, Abdulfattah Jandali adalah seorang asisten pengajar Muslim dari Suriah.

Pada usia 23 tahun, Joanne hamil. Namun, awalnya mereka memutuskan untuk tidak menikah. Ayah Joanne tak mau mengakuinya sebagai anak bila ia menikahi Abdulfatah. Pada awal 1955, ia pergi ke San Francisco, tempat dia dirawat oleh seorang dokter yang menampung para ibu tidak menikah dan membantu kelahiran bayi mereka. Mereka kemudian mengatur adopsi secara tertutup.

Singkat cerita, bayi yang dilahirkan Joanne diadopsi oleh seorang montir mobil tua bernama Paul Jobs dan istrinya Clara Jobs. Bayi yang diberi nama Steven Paul Jobs atau yang nantinya lebih dikenal sebagai Steve Jobs lahir hari ini 24 Februari 65 tahun lalu, di San Francisco.

Jobs mengenyam pendidikan dasar di SD Monta Loma. Lalu, di kelas sembilan ia masuk ke SMA Homestead di Cupertino, California. Saat itulah Jobs mulai menyukai elektronik. "Aku tertarik dengan matematika, ilmu pengetahuan, dan elektronik," kata Jobs ditulis Isaacson.

Pengetahuannya tentang elektronik semakin banyak ketika ia diajak tetangganya yang merupakan seorang insinyur, Larry Lang ke sebuah pertemuan Hewlett-Packard Explorer's Club --tempat pertemuan insinyur perusahaan teknologi terbesar saat itu, HP. Di sana, Jobs juga kemudian dipekerjakan dan bekerja bersama Steve Wozniak --yang kelak menjadi rekan penting Steve Jobs dalam mendirikan Apple-- sebagai karyawan musim panas.

Tahun 1972, Jobs lulus dari sekolah menengah atas dan mendaftar masuk Reed College di Portland, Oregon. Meski ia keluar pada semester kedua, ia tetap melanjutkan beberapa kelasnya di Reed, seperti kelas kaligrafi.

Pada 1 April 1976, Jobs dan Wozniak, bersama rekan lainnya, Roy Wayne, yang juga merupakan seorang insinyur yang pernah mendirikan perusahaan membuat perjanjian kerja sama untuk mendirikan sebuah perusahaan: Apple. Pembagian sahamnya jelas. Jobs dan Wozniak mendapat masing-masing 45 persen saham, sementara Wayne mendapat 10 persen saham. 

Perusahaan itu kemudian berhasil menciptakan komputer yang pertama kali menggunakan papan ketik (keyboard) Apple I. Setelah berhasil menjual unitnya kepada salah satu perusahaan distributor, Apple kemudian membuat perkembangan yang akhirnya menjual perangkat komputer secara lengkap. Produk itu kemudian dikenal sebagai Apple II.

Nama Jobs semakin terkenal setelah perusahaannya meluncurkan produk Macintosh. Produk itu begitu mengagumkan karena berhasil mengembangkan sistem operasi yang sangat mudah digunakan (easy-to-use programming). Bentuknya bisa dibilang seperti aplikasi software yang bisa memproses kata, diagram, dan spreadsheet. Perangkat lunak itu kurang lebih seperti program Office di sistem operasi Microsoft.

Macintos klasik (Commons Wikimedia)

Batu sandungan 

Kesuksesan Jobs tak luput dari rintangan. Ia beberapa kali mengalami kegagalan. Di balik kesuksesan Macintosh, sebelumnya ada produk Apple yang gagal yakni Lisa. Lalu ada juga produk Apple III, TV Macintosh dan Powermac g4 cube. 

Harvard Business  menilai Steve Jobs mungkin sangat pandai memahami bagaimana vektor teknologi berevolusi. "Tetapi ia juga sering membuat kekacauan."

Pelajaran yang bisa diambil dari kegagalan produk-produk yang mati tersebut adalah orang akan segera lupa asalkan anda memberikan "taruhan yang lebih besar" dengan cara yang besar. Artinya orang lupa dengan kegagalan-kegagalan Jobs sebelumnya, karena kegagalan itu tertutup oleh keberhasilan Jobs dalam menelurkan iPod, iPhone, dan iPad.

Selain itu, dalam perjalanan kariernya, Steve Jobs juga pernah melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya. Misalnya adalah ketika Jobs merekrut mantan Bos Pepsi John Sculley. Sculley adalah preisden direktur Pepsi-Cola milik perusahaan minuman ringan bersoda PepsiCo. 

Jobs meskipun dikenal ambisius, namun ia mengetahui bahwa dirinya tidak siap menjalankan perusahaan itu sendirian. Presiden direktur Apple sementara Mike Markkula menyetujui ide Jobs untuk merekrut orang baru. Lewat ajakan Jobs yang terkenal "apakah anda ingin menjual air gula selama sisa hidup anda? atau apakah anda ingin ikut dengan saya untuk mengubah dunia?" gayung pun bersambut. Sculley bergabung. 

Setelah dua tahun menjadi pimpinan Apple, Sculley ternyata mengorganisir para anggota dewan komisaris untuk memecat Jobs. Hal itu terjadi. Jobs sendiri harusnya sadar bahwa mempekerjakan Sculley adalah sebuah kesalahan besar. 

Kebangkitan Jobs

Beberapa tahun setelah Jobs didepak, Apple bisa melaju santai dengan margin keuntungan yang besar berkat dominasi sementaranya di pasar desktop. Sculley ternyata tak mampu mewujudkan impian Jobs untuk merevolusi dunia teknologi sehingga bisa digunakan oleh banyak orang di dunia. 

Jobs muak dibuatnya. Ia kesal menyaksikan pangsa pasar Apple terus menurun pada awal 1990-an. "Sculley menghancurkan Apple dengan membawa masuk orang-orang dan nilai-nilai yang sesat," kesal Jobs.

Pada liburan Natal tahun 1995, Jobs diajak rekannya, Larry Ellison, Direktur Oracle untuk mengambil alih kembali Apple, dan mengembalikan Jobs sebagai kepala perusahaan tersebut. Ellison mengatakan ia bisa mengumpulkan dana sebesar 3 miliar dolar AS untuk mewujudkan gagasan tersebut. 

Valuasi Apple terus merosot. Pimpinan Apple kemudian beberapa kali diganti. Saat itu posisi CEO dipegang oleh Gil Amelio. Setelah dirinya dipilih sebagai ketua dewan direksi Apple, Jobs pun datang menemuinya. Dia ingin Amelio membantunya kembali ke Apple sebagai CEO. 

"Hanya ada satu orang yang bisa meluruskan perusahaan kita," kata Jobs. Menurutnya Era Macintosh sudah berlalu, Jobs berargumen menurutnya kini waktunya bagi Apple untuk menciptakan hal baru yang lebih inovatif. 

Steve Jobs (Commons Wikimedia)

Sejak saat itu, Apple kemudian melahirkan terobosan-terobosan baru dalam dunia teknologi. Di antaranya iPod, iPhone, dan iPad. 

Pada 5 Oktober 2011, Steve Jobs meninggal dunia di California pada usia 56 tahun, tujuh tahun setelah didiagnosis menderita kanker pankreas. Pada waktu kematiannya, ia dikenal luas sebagai seorang visioner, perintis dan genius dalam bidang bisnis, inovasi, dan desain produk, dan orang yang berhasil mengubah wajah dunia modern, merevolusi enam industri. Kematiannya ditanggapi secara luas dan dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia oleh para penggemarnya di seluruh dunia.