Manifesto Komunis dan Prediksi Karl Marx
Karl Marx dan Friedrich Engels (Foto: wikimedia commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, 21 Februari, Karl Marx bersama rekannya Friedrich Engels menerbitkan kitab Manifesto Komunis (selanjutnya disebut Manifesto). Pamflet sebanyak 23 halaman itu terbit di tanggal ini, tahun 1848, di London. Dalam Manifesto, tertuang pemikiran Marx soal permasalahan sosial ekonomi politik terbesar pada zamannya. Ia kemudian memprediksi apa yang akan terjadi setelahnya. Beberapa prediksi Marx maupun Engels itu menjadi kenyataan. 

Salah satu poin penting Manifesto merupakan seruan agar kaum-kaum buruh atau proletar untuk melanjutkan perjuangan kelas. Ia menjelaskan bahwa komunis merupakan unsur termaju dalam gerakan kelas pekerja dan hal itu sejalan dengan perjuangan kaum proletar di seluruh dunia. Sementara paham komunis menginginkan suatu penghapusan hak milik kaum borjuis dan mengembalikannya pada watak awal yang bersifat sosial. 

"Telah tiba waktunya bahwa kaum Komunis harus dengan terang-terangan terhadap seluruh dunia menyiarkan pandangan mereka, cita-cita mereka, tujuan mereka, aliran mereka,dan melawan dongengan kanak-kanak tentang Hantu Komunisme ini dengan sebuah manifesto dari partai sendiri," tulis Marx. 

Dalam Manifesto, termaktub salah satu pernyataan Marx yang paling terkenal: "Sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas". Menurut Marx, terbentuknya masyarakat tak lepas dari pertentangan antara kaum penindas dengan yang tertindas. 

Mereka melakukan perjuangan kelas yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan tersembunyi, kadang-kadang terang-terangan. Marx mencotonkan, di Roma purbakala terdapat kaum patrisir, kaum ksatria, kaum plejeber, dan kaum budak. Lalu pada zaman pertengahan, ada kaum feodal, kaum vasal, kaum tukang-ahli, kaum tukang-pembantu, kaum malang, dan kaum hamba. 

Tan Malaka dalam Madilog (1943) menjelaskan pertentangan antar kelas itu pada gilirannya akan melahirkan masyarakat baru. Zaman berbudak berubah menjadi zaman feodal atau zaman ningrat. Lalu zaman feodal berganti menjadi zaman kapitalisme. 

Zaman berbudak menurut Tan merupakan pertentangan kelas antara kaum budak dan kaum tuan. Lalu pada zaman feodal, pertentangan Ningrat dan Tani. Kemudian analisis kelas yang pertama kali didefinisikan oleh Marx yakni zaman Kapitalisme saat ini yang merupakan "pertentangan buruh dan kaum modal," tulis Tan. 

Pertentangan kaum buruh atau proletar dengan kaum modal atau borjuis bisa dibilang bentuk pertentangan baru untuk saat ini dalam kelas-kelas sosial di masyakarat modern. Dalam Manifesto kategorisasi kelas sosial ini didasarkan Marx pada kepemilikan alat produksi atau Tan menyebutnya sebagai perkakas.  

Perkakas pada zaman sekarang ini dimiliki oleh kaum berkuasa dan kaum berpunya. Dan perkakas menjadi alat adanya perjuangan kelas itu. 

Dalam Manifesto dijelaskan, pertentangan kelas borjuis dan kelas proletar akan semakin menghebat. Perluasan pasar, penurunan upah besar-besaran, persaingan menggila antara kaum borjuis, dan krisis ekonomi yang diakibatkan menjadi pemicunya. Dan benturan antara kedua kelas ini pun tak terhindarkan lagi. 

Oleh karena itu untuk mencapai tujuannya, organisasi kaum proletar kaum proletar menurut Manifesto harus bersinergi dengan gerakan kaum komunis. Perjuangan itu dinilai penting dalam konteks perlawanan terhadap dampak bahaya kapitalisme yang diramalkan Marx dan Engels. 

Prediksi yang terbukti

Apa yang diprediksi Marx dalam Manifesto tentang kapitalisme yang akan menyebar dari negara ke negara terbukti. Misalnya globalisasi yang menurut analisis Mohammad Zaki Arrobi yang ditayangkan  Indoprogress, merupakan "jubah" dari gabungan imperialisme dan kapitalisme internasional. Masuknya modal asing ke negara-negara berkembang, dominasi korporasi multinasional di semua sektor kehidupan disebut sebagai pengisapan kapitalisme abad ini. 

Lalu ramalan Marx dan Engels soal pergerakan kekuatan kapital (modal) yang eksploitatif mengakibatkan krisis ekonomi menjadi kenyataan. Setidaknya setelah terbitnya Manifesto sampai saat ini, dunia setidaknya sudah empat kali mengalami krisis ekonomi global. 

Krisis yang pertama terjadi tidak lama setelah keluarnya Manifesto yakni tahun 1880-an. Kemudian terjadi lagi pada tahun 1920-an, 1970-an dan terakhir tahun 2008-2009. 

Masih menurut Indoprogress, krisis ekonomi global pada 2008 itu dampaknya masih terasa sampai saat ini. Diantaranya krisis ekonomi global itu berdampak terhadap kolapsnya perekonomian Eropa. Yunani dan Spanyol juga tak lepas menjadi "korban" dari krisis ekonomi global. Krisis-krisis ekonomi global tersebut bahkan cenderung bisa berulang dalam periode waktu tertentu.