Mohammad Hatta Sebut Budi Utomo Bukan Ikon Pergerakan Nasional
Para tokoh pendiri organisasi Budi Utomo, yang oleh Mohammad Hatta disebut bukan ikon pergerakan nasional. (kemendikbud.go.id)

Bagikan:

JAKARTA – Pada 17 Mei 1958, tokoh bangsa Mohammad Hatta menyebut berdirinya Budi Utomo bukan biang utama pergerakan nasional. Budi Utomo memang memiliki kontribusi, tapi tak terlalu signifikan.

Pendapat itu diutarakan Hatta dalam artikelnya di Majalah Star Daily. Sebelumnya, kehadiran Budi utomo disambut dengan gegap gempita oleh kaum bumiputra. kehadirannya memberikan nafas baru bagi dunia pergerakan.

Pendidikan memiliki andil besar dalam segala macam perjuangan. Narasi itu terlihat ketika segenap kaum bumiputra ingin melepaskan belenggu penjejahan. Pendidikan mampu membuka khazanah berpikir kaum bumiputra.

Utamanya, mahasiswa yang tergabung dalam sekolah dokter bumiputra, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Sederet mahasiswa itulah yang kemudian menggagas sebuah organisasi pada 20 Mei 1908. Budi Utomo, namanya.

Budi Utomo pun dikenang luas sebagai organisasi yang membela nasib dan hak-hak kaum bumiputra. Mereka ingin segenap kaum bumiputra dapat tersentuh oleh pendidikan. Artinya pendidikan dianggap sebagai kunci lepas dari belenggu penjajahan.

Proklamator Kemerdekaan Indonesia yang jadi Wakil Presiden Pertama Indonesia, Mohammad Hatta. (ANRI)

Alhasil, Budi Utomo menjelma menjadi organisasi pertama kaum bumiputra yang bersifat nasional dan modern. Narasi akan kesadaran kemerdekaan terus dibangkitkan Budi Utomo. Semangat itu membuat pemuda terpelajar lainnya kepincut untuk bergabung.

Pergerakan itu buat Budi Utomo semakin kesohor. Bahkan, Budi Utomo sempat mendapatkan perhatian Belanda. Empunya kuasa menganggap eksistensi Budi Utomo dapat mengganggu kuasa Belanda di Nusantara.

“Diambil keputusan untuk membentuk suatu organisasi pelajar guna memajukan kepentingan-kepentingan priayi rendah. Pada bulan Mei 1908, diselenggarakan suatu pertemuan yang melahirkan Budi Utomo. Nama Jawa ini (yang seharusnya dieja budi utama) diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh organisasi tersebut sebagai het schoone streven (ikhtiar yang indah).”

“Tetapi menurut konotasi-konotasi bahasa Jawa yang beraneka ragam, nama itu juga mengandung arti cendekiawan, watak, atau kebudayaan yang mulia. Pada pertemuan pertama itu, hadir para perwakilan mahasiswa dari STOVIA, OSVIA (sekolah pangreh praja), sekolah-sekolah guru, serta sekolah-sekolah pertanian dan kedokteran hewan. Cabang-cabang Budi Utomo didirikan pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut,” ungkap Sejarawan M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008).

Lepas Indonesia Merdeka kehadiran Budi Utomo pun dielu-elukan sebagai muara kebangkitan nasional. Bahkan, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 20 Mei yang notabene sebagai hari lahir Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Mohammad Hatta berpidato sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. (ANRI)

Pemerintah Indonesia era Orde Lama sepakat bahwa kelahiran Budi Utomo sebagai awal perjuangan kebangkitan nasional. Narasi itu tak sepenuhnya diamini banyak pihak. Sejarawan hingga tokoh bangsa, apalagi.

Bung Hatta jadi salah satu yang tak setuju. Ia bahkan menyatakan sikapnya dalam artikel di Majalah Star Weekly pada 17 Mei 1958. Artikel yang dibuat Hatta adalah untuk memperingati 50 tahun pergerakan nasional.

Hatta menyebut Budi Utomo belum memenuhi syarat untuk jadi ikon pergerakan nasional. Semua itu karena pergerakan Budi Utomo tak membuat letupan yang besar bagi perjuangan. Hatta menyebut momentum kebangkitan nasional yang lainnya justru tercecer pada kelahiran organisasi lainnya. kehadiran Sarekat Islam maupun Indische Partij.

“Pemikirannya itu dapat dibaca dalam artikelnya di Majalah Star Weekly, 17 Mei 1958, untuk memperingati 50 tahun Pergerakan Nasional. Di dalam tulisannya itu Bung Hatta terlebih dahulu mengakui bahwa Budi Utomo yang berdiri 20 Mei 1908 memang belum memenuhi syarat untuk diberi nama Pergerakan Nasional, apabila diukur dengan pengertian sekarang tentang apa yang disebut perjuangan politik dan pergerakan kebangsaan."

“Selanjutnya Bung Hatta mengingatkan bahwa ditinjau dari suasana masa itu, Budi Utomo sudah mengandung kecambah semangat nasional. Bung Hatta lantas menegaskan Budi Utomo dapat dipandang sebagai pendahuluan kepada pergerakan kebangsaan yang muncul di dalam tahun 1912 dan 1913 dengan lahirnya Nationale Indische Partij dan Sarekat Islam,” terang P. Swantoro dalam buku Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu (2016).