JAKARTA - Komunitas Yahudi tengah berbahagia karena Majelis Umum PBB memberikan suara untuk pembagian wilayah Palestina dan pembentukan negara Israel. Namun perayaan tersebut terusik tiga hari kemudian, tepatnya 2 Desember 1947. Sebuah kerusuhan tak terbendung di komunitas Yahudi di Aden, Yaman.
Tiga hari setelah Majelis Umum PBB memberi suara untuk pembentukan negara Israel, terjadi kerusuhan dengan kekerasan oleh penduduk Arab setempat. Komunitas Yahudi adalah target utama mereka. Selama tiga hari para perusuh meninggalkan jejak pembunuhan dan kehancuran di belakang mereka.
Ketegangan sudah muncul ketika sebuah berita menyebar, tentang orang-orang Arab yang akan berunjuk rasa dan berdemonstrasi selama tiga hari untuk memprotes keputusan PBB. Pemuda komunitas yang dipimpin oleh Yitzhak Shor --kepala gerakan pemuda Zionis Hechalutz Hatzair-- bersama Ovadiah Tuvia --seorang utusan yang dikirim dari Eretz Israel-- mengorganisir perlindungan wilayah Yahudi.
Pertahanan mereka pada dasarnya terdiri dari batu dan bom molotov rakitan untuk dilemparkan ke perusuh yang mungkin mencoba menyerang rumah mereka. Pada 2 Desember 1947, hari pertama kerusuhan, mereka berhasil mempertahankan wilayah Yahudi.
Kemudian, pada hari kedua kerusuhan, Inggris mengirim APL (Aden Protectorate Levies), bala tentara didikan Inggris untuk melindungi orang Yahudi. Alih-alih melindungi, mereka malah mengarahkan senapan ke komunitas Yahudi dan menembakkannya saat orang-orang berlarian di jalan-jalan, bahkan ketika berlindung di rumah sendiri.
Pembantaian kejam
Muncul berbagai laporan yang mengerikan, seperti seorang gadis 13 tahun yang ayahnya dipukul oleh penembak jitu di depannya saat keluarganya berdiri di atap mencari tempat perlindungan di bagian bawah. Seorang gadis remaja yang mencoba naik ke atap untuk membongkar sukkah mereka, khawatir akan terbakar dan merambat seluruh rumah, diselamatkan oleh tetangganya.
Laporan lainnya mengatakan seorang remaja laki-laki tertembak dan tewas saat baru melagkah keluar rumah. Mengutip Times Of Israel, Selasa, 2 Desember, massa menjadi berani karena tindakan APL dan teror meningkat, haus darah yang dipicu oleh kebencian.
Mereka mengamuk dengan pisau dan membakar rumah dan sekolah. Sinagoge dibakar, toko-toko milik orang Yahudi dijarah dan dihancurkan. Setiap orang dan segala sesuatu yang menjadi milik komunitas Yahudi adalah target.
Kerusuhan juga menyebar ke Sheikh Othman, sebuah wilayah di pedesaan terdekat di mana menjadi tujuan masyarakat untuk retret. Beberapa telah melarikan diri ke daerah itu, berharap mereka akan menemukan perlindungan.
Banyak Yahudi Yaman yang terperangkap di Aden saat menunggu izin pindah ke Israel juga terjebak dalam kekerasan itu. Beberapa kehilangan nyawa. Pada hari ketiga, pembunuhan, cedera dan pembakaran rumah terus berlanjut. Hanya beberapa saat setelah tengah hari para komandan Angkatan Darat Inggris turun tangan dan mengirim Marinir, untuk memadamkan kerusuhan.
BACA JUGA:
Hasil dari teror selama tiga hari itu sangat mengerikan. Sebanyak 87 orang Yahudi, anggota komunitas setempat dan pengungsi Yahudi dari Yaman, dibantai dan dibakar sampai mati. Hitungannya termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua. Lebih dari 70 lainnya terluka parah. Dua sekolah Yahudi, beberapa sinagoge, dan banyak rumah telah dihancurkan. Hampir setiap toko milik orang Yahudi dijarah dan beberapa dibakar.
Setelah lebih dari seribu tahun tinggal di Aden, komunitas Yahudi memahami bahwa waktu mereka berakhir. Setelah itu terjadi emigrasi massal dan setidaknya 3.000 anggota pindah ke Israel. Kira-kira 1.000 orang Yahudi menetap di Aden. Namun pada 1967, Protektorat Inggris berakhir dan begitu pula kehadiran orang Yahudi di Aden.
Anggota terakhir yang tersisa pindah ke Israel atau bergabung dengan komunitas Yahudi Aden di London. Meskipun tidak ada seorang Yahudi pun yang tersisa di Aden saat ini, komunitas tersebut, baik di Israel maupun Inggris, terus berkembang dan mempertahankan tradisi uniknya.